Sabtu 25 Jul 2015 02:00 WIB

Bahasa Rusia Jadi Terbesar Ketiga yang Digunakan Kelompok ISIS

Rep: C21/ Red: Bayu Hermawan
Militan ISIS berparade di atas tank di Suriah.
Foto: AP Photo
Militan ISIS berparade di atas tank di Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Bahasa Russia menjadi yang terbesar ketiga setelah bahasa Arab dan Inggris di kelompok Negara Islam Irak-Suriah (ISIS).

Kemampuan bahasa ini digunakan mereka untuk membuat sebuah media yang mengajak bergabung membela kelompok Al-Baghdadi.

"ISIS telah meningkatkan output propaganda berbahasa Rusia yang selama tahun ini," ujar Security Program Moskow, Alexei Malashenko seperti dilansir dari BBC, Jumat (24/7).

Dengan penguasaan bahasa ISIS telah meningkatkan output propaganda berbahasa Rusia selama tahun ini. Pada bulan Maret kelompok ini setiap harinya di buletin berita Al-Bayan Radio online dalam bahasa negara komunis.

Selanjutnya pada awal Mei, kelompok ini juga merilis edisi pertama majalah berbahasa Rusia baru yang disebut Furat Press.

Secara cepat ISIS membuat media outlet multibahasa, seperti HMC, dan menerbitkan majalah berbahasa Rusia lebih canggih disebut Istok.

Akibatnya banyak pengikut dari semua lapisan masyarakat. Banyak orang Rusia yang sudah akrab dengan laporan militan dari Kaukasus Utara bergabung IS.

Selain itu, lebih banyak orang meninggalkan Dagestan yang bergabung daripada wilayah Rusia lainnya. 

"Banyak direkrut dari Chechnya serta dari Kristen Ortodoks Ossetia Utara," kata seorang ahli di International Crisis Group, Varvara Parkhomenko.

Mereka datang dari semua lapisan masyarakat, baik miskin atau kaya, terdidik atau tidak. "Orang hanya berperang, tetapi untuk hidup, untuk menikah, untuk berkhotbah," ujarnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement