Selasa 28 Jul 2015 11:00 WIB

Assad Akui Suriah Kekurangan Tentara

Rep: melisa riska putri/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Foto: Reuters
Presiden Suriah Bashar al-Assad.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar al-Assad mengakui tentara pemerintahnya mengalami penyusutan. Namun, dia mengklaim kekuatan tersebut masih mampu mengalahkan pemberontak.

Ia juga mengatakan setiap upaya mengakhiri konflik yang tidak didasarkan pada pertempuran terorisme adalah tidak berarti. Tentara Suriah pernah memiliki sekitar 300 ribu anggota, tetapi setengahnya telah tewas.

 "Ada kurangnya sumber daya manusia di pasukan," kata dia, dikutip dari France24, Ahad (26/7).

Ia mengatakan, masalah yang dihadapi militer tidak terkait dengan perencanaan, tetapi faktor kelelahan. Kelelahan, kata dia, merupakan hal yang biasa dalam pasukan. Namun ada perbedaan antara kelelahan dan kekalahan.

"Kata kekalahan tidak ada dalam kamus tentara Suriah. Kami akan melawan dan kami akan menang," tambahnya.

Pada awal Juli, kampanye diluncurkan untuk mendorong warga bergabung dengan tentara. Pemerintah juga secara rutin mendesak warga melakukan layanan militer. Pada Sabtu (25/7), Assad memutuskan amnesti bersyarat untuk pembelot tentara dan wajib militer.

"Kita harus mengambil langkah-langkah khusus untuk meningkatkan (jumlah pasukan) sehingga mereka dapat melaksanakan misi mendesak," katanya.

Amnesti dilakukan untuk mendorong desertir agar bergabung kembali dengan tentara. Amnesti tidak mencakup pembelot yang meniggalkan tentara untuk bergabung dengan pemberontak pemerintah.

Pidato Assad ini datang setelah beberapa bulan kemunduran bagi pemerintah menghadapi ISIS, pejuang Alqaidahyang berafiliasi dan kelompok-kelompok pemberontak lainnya. Dalam beberapa bulan terakhir, pasukan pemerintah telah didorong keluar dari hampir semua provinsi barat laut Idlib serta kehilangan kota kuno Palmyra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement