REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Upaya gencatan senjata untuk jeda kemanusiaan di Yaman gagal menghentikan pertempuran sengit di seluruh negeri. Pada Senin (27/7) kelompok bantuan kemanusiaan telah memperingatkan bahwa ada lebih dari enam juta warga Yaman menghadapi kelaparan karena perang.
Dikutip dari The New York Times, dalam sebuah pernyataan yang dirilis Selasa (28/7) pagi organisasi bantuan kemanusiaan Oxfam menyatakan kegagalan mengakhiri pertempuran telah membuat 13 warga Yaman mengalami kesulitan mendapat makanan.
Oxfam melaporkan lebih dari enam juta orang terancam kelaparan di negara tersebut, ini membuat Yaman memecah 'rekor' dalam hal jumlah warga yang menderita kelaparan.
Sementara menurut The Independent, Direktur Oxfam di Yaman Philippe Clerc mengatakan koalisi pimpinan Arab Saudi yang melancarkan serangan udara ke kubu pemberontak Houthi tak membuat banyak kemajuan. Sejak serangan udara kondisi Yaman justru semakin terpuruk.
Pihak-pihak bertikai di Yaman menurut Clerc telah mengabaikan seruan untuk gencatan senjata. Bagi warga yang bertahan hidup menurutnya situasi kini tak lagi tertahankan dengan bukan saja tak ada pasokan makanan tapi juga air, obat-obatan dan tak adanya tempat tinggal.
"Rata-rata keluarga yang tersisa mengkhawatirkan apa makanan mereka berikutnya, jika mereka bertahan hidup dari bom. Mereka kehabisan makanan," ujarnya.
Sabtu (25/7) lalu, Saudi sempat mengumumkan akan memberlakukan gencatan senjata untuk jeda kemanusiaan mulai Ahad (26/7) malam. Namun gencatan nyatanya pertempuran sengit masih terus berlangsung di seluruh negeri.
Dalam sebuah pernyataan Houthi mengatakan mereka telah menembakkan rudal di pos militer Saudi di perbatasan di wilayah Saudi Jazan. Sementara media Saudi melaporkan negaranya telah menanggapi serangan tersebut.
Di dekat wilayah Sabr, yang merupakan rute utama pasokan bantuan, laporan menyatakan terjadi pertempuran sengit antara kedua pihak. Saksi mengatakan banyak mayat pejuang tergeletak di jalanan.
Menanggapi krisi yang menimpa negaranya, salah seorang warga Yaman, Mohammad Said Saad Al-Anessi mengatakan perang telah memaksa keluarganya menjadi tunawisma. Menurutnya mengungsi pada dasarnya bukanlah keinginan mereka.
"Kami terpaksa mengungsi, kami kelelahan, sekarang kami tunawisma," ujar Saad al-Anessi yang bekerja sebagai insinyur listrik di Al-Khamis, Amran.