REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye pada Senin (10/8) mengecam keputusan Korea Utara memundurkan jam untuk zona waktu baru dan mengatakan itu akan memperdalam perpecahan kedua pesaing tersebut.
Korea Utara pada Jumat (7/8), mengumumkan mengubah waktu menjadi GMT+8.30 atau 30 menit mundur dari waktu Korea Selatan. Pyongyang, yang mengubah waktu dengan dasar nasionalisme tersebut, mengatakan akan kembali ke wilayah waktu asli, yang digunakan sebelum Jepang memberlakukan waktu Tokyo selama pemerintahan jajahan pada 1910 hingga 1945 di semenanjung Korea.
Aturan baru itu berlaku sejak 15 Agustus tahun ini, bertepatan dengan peringatan 70 tahun pembebasan semenanjung Korea dari kekuasaan Jepang. "Hal ini sangat disesalkan bahwa Korea Utara secara sepihak mengubah zona waktu tanpa konsultasi dengan kami," kata Park dalam pertemuan dengan pembantu utamanya.
Dengan memperhatikan bahwa langkah Pyongyang telah memicu kecaman internasional, Park mengatakan ia juga mengancam karena "memperdalam lebih lanjut dari perbedaan antara kedua Korea."
Hubungan antar Korea telah mendingin selama bertahun-tahun setelah serangkaian jangka panjang uji coba nuklir dan rudal oleh Korea Utara serta bentrokan militer yang sesekali terjadi di sepanjang perbatasan. Pyongyang dalam beberapa bulan belakangan menolak serangkaian tawaran dialog terkait penolakan Seoul untuk menghentikan latihan militer tahunan dengan Amerika Serikat.
"Tindakan Utara untuk memundurkan waktu dari standar bersama, bertentangan dengan upaya untuk mendorong kerja sama antar-Korea untuk mencapai reunifikasi," kata Park.
Dua negara tetangga yang terlibat dalam Perang Korea 1950-1953 secara teknis masih berperang karena mereka mengakhiri perang dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.