Rabu 12 Aug 2015 10:02 WIB

Ternyata Ada Hujan di Matahari dengan Tetesan Sebesar Tasmania

Hujan di Matahari: plasma Matahari menyemprot di ketinggian sekitar 63,000 kilometer, mendinginkan diri dan kemudian jatuh kembali.
Foto: NASA/Solar Dynamics Observatory
Hujan di Matahari: plasma Matahari menyemprot di ketinggian sekitar 63,000 kilometer, mendinginkan diri dan kemudian jatuh kembali.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Sesuatu yang paling familiar di alam semesta bisa jadi hal yang paling mengejutkan. Dan tak ada yang lebih mengejutkan ketimbang fakta tentang bola besar api yang ada di langit, benda raksasa yang membuat kita semua hidup, yaitu Matahari.

Fakta apa yang mengejutkan? Matahari ternyata telah lama kehilangan saudara kandungnya, yaitu hujan di atas permukaannya.

Pertama, mari kita mulai dengan fakta dasar. Matahari terletak sekitar 150 juta kilometer jauhnya dari Bumi, dan memiliki diameter selebar 1,4 juta kilometer.

Dibandingkan dengan Bumi, Matahari memiliki ukuran sekitar 109 kali lebih besar, dan memiliki massa yang 330 ribu kali lebih besar.

Sejauh ini, dalam 4,5 miliar tahun masa hidupnya, Matahari telah melakukan pembakaran sekitar 100 kali massa Bumi dan mengubahnya menjadi energi. Tapi Matahari begitu besar sehingga pembakaran itu hanyalah 0,03 persen dari jumlah massa totalnya.

Matahari terbuat dari 75 persen hidrogen, 24 persen helium, dengan sejumlah kecil  unsur oksigen, karbon, neon dan besi. Matahari tak terbuat dari tiga wujud zat yang kita kenal, yakni padat, cair atau gas. Ia terbuat dari wujud zat keempat, plasma.

Anda mungkin ingat model atom yang tampak seperti tata surya mini yang dipelajari ketika sekolah. Ia memiliki inti berat di tengah, dengan awan elektron yang jauh lebih ringan di sekitarnya.

Sebuah plasma adalah sekumpulan atom yang begitu panas sehingga elektronnya menjadi rusak dan bebas, serta tak lagi terikat dengan intinya. Elektron mengapung bebas melalui lautan inti. Ini adalah plasma, zat yang membentuk Matahari.

Jadi sekarang anda sudah mengetahui beberapa latar belakang, kini mari kita pelajari saudara kandung Matahari yang telah lama hilang.

Seperti kebanyakan bintang, Matahari kita lahir karena ia mengental dari awan molekul debu dan gas yang besar (yang sebagian besar hidrogen dan helium). Tapi ia tak lahir sendiri. Matahari lahir dalam sebuah kelompok 1.000 bintang, semua dari awan yang sama.

Para astronom mencari, dan menemukan beberapa bintang dengan elemen yang sama seperti Matahari. Mereka juga menghitung matematika dari gerakan putaran beberapa bintang kandidat -selama 4,5  miliar tahun terakhir - kembali ke awan purba.

Pada waktu itu, galaksi kita, Bima Sakti telah berputar pada porosnya sendiri sekitar 18 kali sehingga hal ini bukanlah masalah sepele.

Mereka telah menemukan apa yang hampir pasti disebut sebagai salah satu dari saudara kandung Matahari. Ia terletak 110 tahun cahaya di konstelasi Herkules dan memiliki nama yang tak romantis, yakni HD 162826. Ia sedikit lebih besar dari Matahari, dan sedikit lebih panas tapi usianya sama karena lahir pada waktu yang sama.

Jadi Matahari memiliki setidaknya satu saudara kandung yang kita tahu, tapi bagaimana mungkin ia memiliki 'hujan'? Padahal, suhu di permukaannya itu sekitar 5.000 ribu derajat Celcius. Memang saudara kandung ini bukanlah air, tetapi berfungsi seperti hujan di Bumi.

Di Bumi, sebagian besar dari kita telah mendengar tentang apa yang disebut siklus air. Uap air terbentuk (misalnya, di atas lautan), dan naik ke atas untuk menciptakan awan. Saat mereka naik ke ketinggian beberapa kilometer, awan mendinginkan diri untuk memproduksi tetesan air kecil yang jatuh seperti hujan. Tetesan ini berukuran beberapa milimeter.

Di Matahari, hal serupa terjadi tapi dengan plasma, dan dengan skala yang jauh lebih besar. Melalui berbagai proses, plasma Matahari akan menyemprot di ketinggian sekitar 63 ribu kilometer, mendinginkan diri dan kemudian jatuh lagi. Tapi tetesannya besar,  sekitar 100 ribu kilometer persegi atau kira-kira sebesar ukuran Tasmania. Dan ketika mereka jatuh, mereka turun ke permukaan Matahari dengan kecepatan sekitar 50 kilometer per detik.

Di samping hal mengejutkan yang kita tahu tentang bintang terdekat kita, masih ada begitu banyak hal yang kita tak ketahui. Sebagai contoh, kita tak tahu mengapa atmosfer Matahari sekitar satu juta derajat celcius lebih panas ketimbang permukaannya.

Tapi pada 2017 nanti, Badan Antariksa Eropa (ESA) akan meluncurkan pesawat luar angkasa ‘Solar Orbiter’. Pesawat ini tak hanya akan berjarak 45 juta kilometer dari Matahari, tetapi ia juga akan memberi kita tampilan pertama dari kutub utara dan selatan Matahari.

Dan setahun setelahnya, NASA akan meluncurkan pesawat ruang angkasa ‘Solar Probe Plus’ yang hanya berjarak enam juta kilometer dari permukaan Matahari. Itu seharusnya cukup dekat untuk menyoroti banyak kejutan baru yang tak terduga.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-08-12/ternyata-ada-hujan-di-matahari-dengan-tetesan-sebesar-tasmania/1480474
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement