Rabu 19 Aug 2015 06:38 WIB

Pebalet Australia Mencari Akar Budayanya di Keraton Jawa

Juliet (tengah) dalam konferensi pers '1st Indonesian Ballet Gala' bersama dengan Meutia Chaerani dari Ballet ID (kiri) dan Alison Purnell dari Kedutaan Besar Australia.
Foto: abc
Juliet (tengah) dalam konferensi pers '1st Indonesian Ballet Gala' bersama dengan Meutia Chaerani dari Ballet ID (kiri) dan Alison Purnell dari Kedutaan Besar Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Malang-melintang di panggung balet internasional tak membuat Juliet Burnett lupa akan akar budayanya. Latar belakang sang nenek sebagai penari Keraton Yogya membuatnya penasaran ingin mempelajari tari Bedhoyo Ketawang.

Juliet Burnett memulai karir baletnya di Australia 13 tahun lalu. Mantan penari di The Australian Ballet ini memiliki darah seni yang diwariskan dari keluarga ibunya, yang berasal dari Indonesia.

Pamannya adalah mantan sastrawan kenamaan Indonesia WS Rendra (alm). Tak heran, di usia lima tahun, orang tua Juliet sudah memasukkannya ke sekolah balet di Sydney untuk mengetahui apakah sang putri bisa meneruskan tradisi seni di keluarga mereka.

Nyatanya, pebalet yang juga berprofesi sebagai model ini jatuh cinta pada dunia tari. Bukan hanya pada tari balet klasik, tapi juga pada tari tradisional Nusantara.

“Sebenarnya, ada kemiripan antara balet dengan tarian Jawa. Keduanya sama-sama berasal dari lingkungan istana dan sama-sama memiliki keanggunan. Teknik tariannya juga serupa, kaki diputar keluar, karena dengan itu kaki penari jadi sangat menarik untuk dipertontonkan,” jelasnya kepada Nurina Savitri dari ABC ketika ditemui di Jakarta, Senin (17/8).

Ia lalu menyambung, “Gerakan balet itu susah dan kurang natural. Tapi tari Jawa, gerakannya menyatu dengan tubuh. Energi dalam penari Jawa itu mengalir di dalam tubuh. Saat belajar tari Jawa, saya merasa terasuki gerakan-gerakan yang sepertinya cukup akrab bagi diri saya.”

Karena kekagumannya pada tarian Jawa, di 2012 Juliet memutuskan belajar tari Golek di Solo.

“Saya ingin mempelajari tarian-tarian klasik yang dulu dibawakan eyang (nenek). Sejujurnya saya juga ingin belajar tari Bedhoyo Ketawang, tapi guru tari Jawa saya bilang, ia tak bisa ajarkan itu ke saya karena ia bukan orang dalam Keraton,” ungkap istri dari musisi Nick Thayer ini.

Sang nenek memang menjadi salah satu inspirasi Juliet dalam karirnya di bidang tari. Sayangnya, penyayang binatang ini tak sempat mengenal lama sang nenek secara langsung.

“Ketika eyang meninggal, saya masih berusia beberapa bulan. Jadi saya tak tahu seperti apa eyang dulu menari dan apa pandangannya tentang tarian Jawa,” kisahnya.

Juliet lantas mengenang jasa almarhum pamannya. “Om Willy (WSRendra)lah penyambung hubungan antara saya dengan eyang. Dalam setiap acara keluarga, Om Willy selalu menarik saya dari kerumunan saudara dan mengajak saya berdiskusi tentang prinsip tarian Jawa.”

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-08-17/pebalet-australia-juliet-burnett-mencari-akar-budayanya-di-keraton-jawa/1482154
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement