Selasa 15 Sep 2015 09:00 WIB

Ini PM Australia Kelima dalam Delapan Tahun Terakhir

Tony Abbott (kanan) Malcolm Turnbull (tengah) sebagai Perdana Menteri Australia.
Foto: abc
Tony Abbott (kanan) Malcolm Turnbull (tengah) sebagai Perdana Menteri Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Australia akan mempunyai perdana menteri kelima dalam delapan tahun terakhir ini setelah Partai Liberal yang berkuasa pada Senin menyingkirkan Tony Abbott dan memilih saingan lama Abbott, Malcolm Turnbull, sebagai perdana menteri baru.

Turnbull, multijutawan yang juga bekas pengusaha teknologi, memenangi pemungutan suara rahasia partai tersebut dan mengumpulkan suara dukungan 54 berbanding 44, kata ketua penggerak Partai Liberal Scott Buchholz kepada para wartawan setelah berlangsungnya pertemuan di Canberra.

Menteri Luar Negeri Julie Bishop terpilih sebagai wakil pemimpin partai yang, bersama dengan mitra koalisi junior Partai Nasional, menang telak pada pemilihan 2013. "Pada akhirnya, perdana menteri (Abbott, red) tidak mampu menjalankan kepemimpinan perekonomian yang dibutuhkan bangsa kita," kata Turnbull kepada para wartawan di gedung parlemen sebelum pemungutan suara dilaksanakan.

"Kita memerlukan gaya kepempimpinan yang berbeda," tegasnya.

Abbott sebelumnya bertekad akan berjuang menghadapi tantangan namun pada akhirnya tidak berhasil menangani "destabilisasi" yang dikatakannya telah terjadi di dalam partai selama berbulan-bulan.

Dengan muka dingin, Abbott keluar dari ruangan partai setelah pemungutan suara selesai. Ia tidak berbicara kepada para wartawan. Abbott sendiri menyingkirkan Turnbull sebagai ketua Partai Liberal pada 2009 kendati Turnbull secara konsisten dilihat sebagai sosok yang lebih disukai untuk menduduki jabatan perdana menteri.

Namun, dukungan Turnbull terhadap skema perdagangan karbon, pernikahan sesama jenis serta pembentukan republik Australia membuatnya --bersama partai sayap kanannya-- menjadi kurang populer.

Tantangan datang ketika perekomian Australia sebesar 1,5 triliun dolar AS bergelut menghadapi berakhirnya gelegar pertambangan --yang berlangsung sekali dalam satu abad-- dan hanya beberapa hari sebelum diselenggarakannya pemilihan mendadak di negara bagian Western Australia, yang dilihat sebagai ujian terhadap kepemimpinan Abbott.

Abbott terus menantang opini populer, baik di dalam maupun di luar partainya, kendati ia berjanji akan lebih mengedepankan konsultasi, menghadang posisinya sebagai perdana menteri untuk mendukung pernikahan sesama jenis serta mengumumkan target penurunan emisi, yang dianggap tidak cukup oleh kelompok-kelompok pencinta lingkungan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement