REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Tony Abbott saat masih menjabat perdana menteri Australia, Agustus 2015, pernah mengunjungi Pulau Thursday di Queensland.
Rombongannya memesan puluhan kamar hotel yang belakangan tidak dipakai. Akibatnya, negara harus menanggung biaya 37 ribu dolar AS (sekitar Rp 370 juta).
Mantan PM Abbott mengunjungi Pulau Thusday sebagai bagian dari kebiasaannya "blusukan" ke perkampungan warga aborijin dan pribumi lainnya setiap tahun. Dalam kunjungan tersebut, ia membawa rombongan kementerian dan pejabat lainnya untuk menginap di wilayah yang dikunjungi.
Dalam rapat di Senat pekan ini diketahui, saat kunjungan Agustus tersebut rombongan Tony Abbott menghabiskan 180 ribu dolar AS (Rp 1,8 miliar) untuk kunjungan selama sepekan.
Biaya tersebut mencakup 24.327 dolar AS untuk kunjungan ke Pulau Murray, untuk berziarah ke makan pejuang hak-hak pribumi bernama Eddie Mabo. Selama kunjungan itu seorang pengelola penginapan menyampaikan masalah adanya 44 kamar yang dipesan namun dibatalkan di saat-saat terakhir.
Caroline Edwards, pejabat dari kantor Perdana Menteri, mengakui adanya diskusi dengan pemilik penginapan mengenai kamar-kamar tersebut. Dia bersikukuh pihaknya tidak secara resmi memesan kamar, namun mengakui memang melakukan pembatalan tiga hari sebelumnya.
Manajer penginapan itu, Steve Mills mengaku mengalami kerugian sebesar 53 ribu dolar AS (Rp 530 juta) akibat pembatalan tersebut.
Namun Caroline Edwards menjelaskan, setelah berkompromi kedua pihak sepakat untuk pembayaran yang "masuk akal".
Tony Abbott dan rombongannya ketika itu memilih bermalam di markas tentara yang ada di pulau tersebut.
Perdana Menteri yang baru Malcolm Turnbull sejauh ini tidak pernah menyatakan akan meneruskan kebiasaan pendahulunya melakukan "blusukan" ke permukiman warga aborijin.