Sabtu 14 Nov 2015 16:53 WIB

Teror Paris, Prancis Ketatkan Penjagaan

Rep: Lida Puspaningtiyas/ Red: Ilham
Serangan tembakan dan bom di Paris, Prancis, Jumat malam (13/11), melukai ratusan orang dan menelan korban lebih dari 100 orang.
Foto: Reuters
Serangan tembakan dan bom di Paris, Prancis, Jumat malam (13/11), melukai ratusan orang dan menelan korban lebih dari 100 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis menyebar 1.500 tentara tambahan untuk melindungi beberapa fasilitas penting Prancis, Sabtu (14/11). Sekolah-sekolah dan universitas terpaksa ditutup pasca serangan terburuk sepanjang sejarah Prancis tersebut.

Pemerintah mengimbau semua fasilitas umum ditutup karena Presiden Francois Hollande telah mendeklarasikan kondisi darurat. Tentara dikerahkan di beberapa situs penting sekitar Paris termasuk gedung-gedung parlemen dan situs-situs keagamaan.

Pemerintah juga telah memberlakukan kembali kontrol perbatasan yang sebelumnya ditinggalkan. Pejabat bea cukai Melanie Lacuire mengatakan, petugas perbatasan dan bea cukai akan memeriksa setiap orang, bagasi, kendaraan yang masuk dan meninggalkan Perancis melalui jalan darat, kereta api, laut mau pun pesawat.

Sementara, Jerman menawarkan bantuan pasukan anti-teror, khususnya untuk membantu menyelidiki teror Paris. Menteri Dalam Negeri Jerman, Thomas des Maiziere mengatakan, dalam pernyataan bahwa ia telah berkomunikasi dengan rekan di Prancis.

"Kami telah menawarkan bantuan pasukan khusus termasuk GSG9," kata Juru bicara kementerian Tobias Plate. GSG9 adalah unit anti teror yang dibentuk pasca serangan terhadap Munich Olympics pada 1972.

AS juga telah menawarkan bantuan yang diperlukan untuk penyelidikan Prancis. Dalam penyelidikan awal, kantor jaksa Paris mengatakan sedikitnya delapan penyerang telah tewas, tujuh orang diantaranya meledakkan diri. (Baca: Serangan di Paris Jadi Peringatan untuk Indonesia)

Juru bicara kantor jaksa, Agnes Thibault-Lecuivre mengatakan pada AP bahwa delapan penyerang tewas oleh pasukan keamanan. Pasukan menerobos gedung konser dimana penyerang menyandera penonton konser band Amerika, Eagles of Death Metal. Menurut Thibault-Lecuivre, jumlah pelaku teror bisa saja lebih banyak.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement