REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengindikasikan Australia tak akan menambah pasukannya di Timur Tengah.
Bishop menyatakan kejadian pekan lalu di Paris mendorong agenda pemberantasan terorisme sebagai prioritas.
Mantan PM Tony Abbott dalam artikelnya di salah satu surat kabar terbitan Australia mendesak perlunya Australia meningkatkan keterlibatannya secara militer di Timur Tengah.
"Keengganan untuk menghadapi risiko korban militer di luar negeri bisa berakibat bertambahnya korban sipil di dalam negeri," demikian ditulis Abbott.
Namun Menlu Julie Bishop menegaskan, Australia memiliki jumlah 780 personil militer di Timur Tengah saat ini, dengan tugas melatih militer Irak dan menjalankan misi serangan udara.
Menurut dia, setiap upaya menambah upaya dan personil militer haruslah sesuai dengan persetujuan pemerintah Irak dan dalam kerangka hukum internasional.
"Kita akan berdiskusi dengan Presiden Obama mengenai negosiasi yang kini berlangsung antara AS, Rusia dan negara lain guna mengakhiri konflik di Suriah. Australia tidak bertindak secara unilateral. Setiap tindakan militer harus terukur. Mantan PM Tony Abbott menghargai hal ini," katanya.
PM Australia Malcolm Turnbull dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS Barack Obama di sela-sela Pertemuan APEC di Manila, Filipina, Selasa (17/11).
APEC adalah forum pertemuan ekonomi dunia namun event kali ini di Manila diperkirakan akan didominasi pembicaraan mengenai upaya memberantasan terorisme menyusul serangan Paris pekan lalu.
Sebelumnya, PM Turnbull telah berbicara dengan Presiden Obama secara singkat dalam forum G20 di Turki, namun pertemuan di Manila akan menjadi pertemuan bilateral resmi pertama bagi kedua pemimpin.
Di forum G20 PM Turnbull juga sempat berdiskusi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang memegang peranan penting dalam penyelesaian konflik di Timur Tengah saat ini.