REPUBLIKA.CO.ID, VERSAILLES -- Presiden Prancis Francois Hollande, mengatakan kapal induk Charles de Gaulle akan dikirimkan ke Laut Tengah timur untuk meningkatkan gerakan di Suriah di tengah Paris semakin gencar melancarkan pengeboman atas kelompok IS di sana.
Langkah terkini itu diambil setelah serangan di ibu kota Prancis, yang diklaim kelompok keras IS, hingga mengakibatkan 129 orang tewas dan ratusan lagi luka-luka.
"Kapal induk Charles de Gaulle akan berangkat pada Kamis menuju Laut Tengah timur, yakni tiga kali lipat dari kemampuan kami dalam mengambil tindakan," kata Hollande kepada anggota parlemen di Versailles, kota di luar Paris.
Kapal unggulan angkatan laut Prancis itu memakan waktu beberapa hari untuk sampai tujuan, di dekat Suriah atau Lebanon, namun tidak mencapai negara Teluk sebagai tujuan awalnya, hingga bulan depan.
Dengan penerbangan 26 jet tempur, kapal induk bertenaga nuklir itu akan meningkatkan kemampuan Prancis melancarkan serangan udara, ditambah dengan 12 pesawat Prancis, yang saat ini ditempatkan di Uni Emirat Arab dan Yordania.
Dengan 38 pejuang, Prancis berkemampuan meningkatkan "gerakannya di Suriah", kata Hollande menyusul serangan mematikan pada Jumat malam di Paris tersebut.
Pesawat tempur Prancis, Ahad (15/11), melakukan serangan terhadap ibu kota de facto pegaris keras di Suriah utara. Dalam serangan terbesarnya sejak Prancis menyerang lebih dulu ke Suriah pada akhir September, sepuluh pesawat bom tempur menjatuhkan 20 bom di pos komando dan pusat pelatihan IS.
"Kami akan melanjutkan serangan dalam beberapa pekan ke depan. Tidak akan ada jeda dan gencatan senjata. Prancis dalam situasi perang. Kami dalam perang melawan terorisme, yang mengancam seluruh dunia," kata Hollande menambahkan.
Kapal induk Charles de Gaulle melaksanakan tugasnya di negara Teluk sejak Februari, beberapa minggu setelah serangan Islamis di Paris menewaskan 17 orang, yang menyebabkan serangan balik terhadap IS di Irak dilakukan, sebelum kembali ke pangkalan di Pelabuhan Toulon, Prancis.