REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Kepolisian Prancis memiliki tiga kesempatan untuk menahan tersangka serangan Paris berkebangsaan Belgia, namun dia selalu dapat meloloskan diri, ujar seorang pengacara pada Selasa (18/11) waktu setempat, menambah rumit usaha untuk melacak mereka yang berada di balik serangan Paris.
Serangan Jumat (13/11) malam yang diklaim dilakukan oleh kelompok bersenjata ISIS menimbulkan kekhawatiran keamanan di seluruh dunia. Ketakutan akan bom menyebabkan kepolisian Hanover, Jerman, untuk menunda pertandingan sepak bola antara Jerman dan Belanda dua jam sebelum pertandingan dimulai pada Selasa tempat Kanselir Jerman Angela Merkel dijadwalkan untuk menyaksikan laga tersebut.
Di Suriah, Prancis dan Rusia mengebom beberapa sasaran untuk menghukum ISIS atas penyerangan di Paris dan kecelakaan pesawat Rusia di atas Semenanjung Sinai pada 31 Oktober lalu yang menewaskan 224 orang dan telah dipastikan kecelakaan tersebut dikarenakan bom. (Baca: Dalai Lama: Jangan Berdoa untuk Paris)
Pada malam serangan Paris tersebut dilakukan, kepolisian Prancis gagal menangkap Salah Abdeslam, yang diyakini memainkan peran penting dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan tersebut, meskipun setelah berhasil menahan mobil yang digunakan dalam insiden Paris itu, ujar pengacara supir mobil tersebut, Xavier Carette.
Polisi sepertinya tidak mengetahui bahwa penumpang dalam mobil tersebut berhubungan dengan penyerangan itu. Mohammed Amri, supir dari kendaraan tersebut berada di dalam tahanan setelah diketahui bahwa Abdeslam adalah rekannya.
Jaksa Prancis telah berhasil mengenali lima dari tujuh penyerang yang meninggal, empat di antaranya merupakan warga Prancis dan satu lagi adalah seseorang yang terdaftar sebagai pengungsi di Yunani bulan lalu. Abdeslam adalah salah satu dari kedua orang yang polisi yakini terlibat langsung dan yang melarikan diri.