REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Seorang pria yang tewas dari dua orang yang tewas dalam penggerebekan di utara Paris masih harus diidentifikasi identitasnya, Rabu (18/11). Sementara salah satunya lagi adalah seorang perempuan yang meledakkan dirinya di apartemen kawasan Saint-Denis.
Jaksa Agung Paris Francois Molins kepada BBC mengatakan jasad pria yang tewas masih harus diidentifikasi. Belum jelas apakah ada jasad ke tiga karena bangunan hancur.
Baca Lumpuhkan Pelaku Teror, 5.000 Peluru Dimuntahkan di Saint-Denis
Abdelhamid Abaaoud (27 tahun) belum diketahui keberadaannya. Dia diyakini sebagai otak di balik penyerangan. Ia dinilai berhasil mengecoh otoritas Barat karena kemampuannya menyelinap keluar dan masuk Suriah.
Seperti dilansir dari Fox News, Kamis (19/11), dalam penggerebekan di apartemen tersebut polisi menembakkan sekitar 5.000 peluru dalam penembakan yang berlangsung hampir satu jam.
Salah satu pria yang ditangkap, Jawad Bendaoud mengatakan Abaaoud tinggal di apartemen tersebut. Orang-orang di sana tidak tahu mereka melakukan aksi teror.
"Salah satu dari mereka meminta saya memberi tempat tinggal untuk dua, tiga hari, dan saya memberikan layanan ini. Tapi saya tidak tahu dari mana mereka berasal. Jika saya tahu, saya tidak akan membiarkan mereka tinggal," ujar Bendaoud kepada BFMTV.
Dari baku tembak tersebut, lima petugas menderita luka ringan. Seekor anjing polisi ikut tewas ketika pembom bunuh diri perempuan meledakkan dirinya.
Baca Serangan Paris dalam Goresan Para Kartunis Arab
Salah satu pelaku penyerangan, Brahim Abdeslam telah meledakkan dirinya dalam serangan di Paris. Hingga kini, kepolisian Prancis telah melakukan 25 penangkapan dan 34 kali penyitaan senjata. Terhitung sejak Jumat, ada 11 jenis senjata api militer, 33 senapan, dan 31 pistol.
Tujuh penyerang tewas dengan senjata dan bom yang menewaskan 129 orang tewas dan 350 terluka. Polisi mengatakan sebelum penggerebekan di Saint-Denis, mereka sedang memburu dua buronan yang diduga ambil bagian dalam serangan tersebut.
Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan setiap tempat yang berusaha melindungi terorisme akan ditutup. Akan ada rancangan undang-undang (RUU) darurat yang memungkinkan pihak berwenang menutup setiap asosiasi yang beraitan dengan terorisme.
"Kita akan berperang melawan ISIS," kata Hollande.