REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Ethiopian Airlines mulai mengoperasikan penerbangan pertama yang semua awaknya perempuan. Penerbangan pertama ini dijadwalkan akan melayani rute ke Bangkok, Thailand.
Manajemen Ethiopian Airlines menyampaikan mereka ingin mendorong pemberdayaan perempuan dan mengajak kaum perempuan Afrika mewujudkan mimpi mereka di dunia penerbangan. Karena itu, CEO Ethiopian Airlines Tewolde Gebremariam membuka kesempatan lebar bagi kaum perempuan di perusahaannya.
"Akan sangat menginspirasi bagi banyak perempuan di seluruh dunia, baik bagi perempuan di dunia penerbangan dan terutama bagi perempuan di Afrika,'' kata Gebremariam seperti dikutip VOA News, Rabu (18/11).
Adalah hal yang umum diketahui, kaum perempuan di Afrika tertinggal dan kurang diberdayakan. Apa yang dilakukan Ethiopian Airlines akan menginspirasi gadis Afrika di bangku sekolah untuk optimistis akan masa depan yang cerah di abad 21 saat ini.
Penerbangan ini seluruhnya dioperasikan perempuan, mulai dari perencanaan hingga perawatan pesawat, dari pilot hingga pengawas lalu lintas udara. Bahkan hingga kedatangan pesawat di Bangkok, Thailand, semua petugas bea cukai dan imigrasi pun perempuan.
Ethiopian Airlines mengatakan, sekitar sepertiga pekerja mereka adalah perempuan. Meskipun, untuk pilot dan teknisi perempuan masih terbatas jumlahnya.
Seorang kru kabin Ethiopian Airlines Haymanot Endale (22 tahun) merupakan teknisi dan sudah bekerja di sana selama dua tahun. Meski didominasi rekan perempuan di kabin, dalam menjalankan pekerjaannya Endale tetap saja lebih banyak berurusan dengan pria.
''Saya pikir, banyak perempuan berpikir sulit untuk bisa bekerja di Ethiopian Airlines sehingga mereka gentar bergabung. Tapi lihat, kami bisa masuk dan ini sangat mudah,'' kata Endale.
Banyak perempuan Ethiopia menilai kesuksesan ada di sektor bisnis dan politik. Ethiopian Airlines terbilang maskapai paling menguntungkan di Afrika.
Baca
10 Gadget Jadul yang Pernah Digunakan Mata-Mata
Rp 68 Miliar untuk Informasi Keberadaan Petinggi ISIS Al Shimali
Pasukan Khusus AS dan Prancis Diterjunkan Atasi Penyanderaan Mali