REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Malcolm Turnbull membantah bekas PM Tony Abbott kini sedang memimpin "pemberontakan" di kalangan Partai Liberal untuk menggerogoti posisi Turnbull sebagai perdana menteri Australia.
Dua senator sayap kanan Partai Liberal memilih berseberangan dengan pemerintah untuk sebuah RUU di bidang pendidikan.
Dalam wawancara dengan Leigh Sales dari program 7.30 ABC, PM Turnbull menyatakan hubungannya dengan Abbott cukup akrab. Dia menolak anggapan terjadi ketidakpuasan di kalangan partainya saat ini.
Turnbull menjelaskan hubungannya dengan Abbott bukan hanya sebatas SMS-an.
"Saya ngobrol dengan Tony," katanya. "Tony dan saya memang memiliki perbedaan di waktu-waktu tertentu, tapi kami telah saling mengenal cukup lama sehingga akan selalu bisa berdiskusi secara akrab."
Turnbull menepis pertanyaan mengenai apakah Tony Abbott kini sedang memimpin "pemberontakan" di internal Partai Liberal untuk menentang posisi Turnbull.
Saat ini di kalangan pemerintahan Australia, sejumlah anggota parlemen dari faksi pemerintah termasuk Abbott mendesak Australia meningkatkan komitmen militernya di Timur Tengah.
Bekas Menteri Pertahanan Kevin Andrews awal pekan ini, bahkan mendesak perlunya Australia mengirim pasukan darat ke Suriah.
Namun, semua desakan itu ditanggapi oleh Turnbull sebagai sesuatu yang wajar saja. Dia tidak melihatnya sebagai tantangan terhadap posisinya sebagai perdana menteri.
"Setiap orang berhak mengemukakan pendapatnya," kata Turnbull. "Tapi bukan urusan orang Australia untuk menugaskan tentara Amerika Serikat ke medan perang."
Dua senator dari faksi pemerintah, yaitu Senator Cory Bernardi dan Senator Eric Abetz yang dikenal berasal dari sayap kanan Partai Liberal memilih berseberangan dengan sikap pemerintah dalam sebuah RUU terkait pendidikan.
Ditanya apakah dia bisa mengendalikan anggotanya, PM Turnbull menjelaskan partainya memberi kebebasan kepada anggotanya.
"Saya sendiri pernah memilih berseberangan dengan sikap partai," katanya.