REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebuah surat kabar Jerman, Blid, melaporkan kemungkinan keterkaitan perdagangan senjata ilegal di Jerman dengan serangan teroris di Paris, Prancis beberapa waktu lalu. Namun hingga kini, para pejabat setempat masih enggan mengomentari secara gamblang dugaan tersebut.
"Seorang pria Jerman (34) telag ditangkap karena dengan kecurigaan perdagangan senjata ilegal awal pekan ini," kata para pejabat seperti dikutip Deutsche Welle, semalam.
Dia diduga memodifikasi senjata api dan menjualnya secara dalam jaringan ataun online. Sayangnya, pihak berwenang menolak untuk mengomentari laporan dari surat kabar Jerman tersebut.
Para pelaku penyerangan di Paris diduga menggunakan setidaknya empat senapan yang diberikan oleh pedagang senjata ilegal. Pria Jerman tersebut telah menjual dua Kalashnikov buatan Cina dan dua senapan mesin M70 Zastava ke kelompok ekstremis tersebut.
"Aparat berwenang Prancis percaya di antara senjata tersebut ada yang digunakan dalam serangan Paris," ujar salah satu sumber surat kabar tersebut.
Selain itu aparat menemukan empat surat elektronik tentang penjualan senjata ke ektremis di Paris. Para peneliti Jerman menduga telah terjadi delapan penjualan senjata ilegal sejak pertengahan Agustus hingga November 2015. Polisi juga melaporkan ada 16 senjata api ketika menggerebek tempat persembunyian para pelaku di Saint-Denis, Paris.