Kamis 03 Dec 2015 06:53 WIB

Riwayat Hiu Madagaskar yang Kian Terancam

Rep: c38/ Red: Ani Nursalikah
Nelayan Madagaskar berburu hiu.
Foto:
Menangkap hiu yang sedang hamil adalah hal yang tabu, tapi komunitas ini tak punya pilihan lain.

Lamy kini tinggal di pulau kecil tandus bernama Nosy Andranambala, 12 km dari lepas pantai. Sekumpulan gubuk setinggi beberapa meter menyediakan ruang tempat mereka berteduh.

Menurut dia, dulu ada banyak hiu di sekitar Nosy Andranambala, tapi mereka semua sudah pergi. "Anda harus pergi jauh dari pulau untuk mendapatkan mereka sekarang, dan itupun hanya pada malam hari," kata Lamy, yang wajahnya dilumuri ramuan tradisional kuning cerah untuk melindungi dari sinar matahari.

Di bibir pantai, seekor hiu hasil tangkapan suaminya jelang fajar tadi telah siap dipotong. Setelah menepuk-nepuk lembut perut hiu, ia mulai mengiris bagian sirip. Ketika perut hiu terbelah, tampak olehnya enam bayi hiu berusia sekitar tiga bulan menyerupai mainan bak mandi (bath toys).

Semua orang tahu, penangkapan hiu hamil adalah ide buruk karena mereka bereproduksi amat perlahan. Ada kebijakan untuk melemparkan kembali hiu hamil yang ditemukan hidup-hidup di jaring. Tapi di pulai tandus ini, yang telah benar-benar sesak dengan 160 jiwa penduduknya, tidak ada pilihan lain.

Mereka adalah salah satu masyarakat paling miskin di dunia. Bagi mereka, ikan adalah satu-satunya mata uang.

Setelah Lamy usai mengeringkan dan mengasinkan daging, keluarga itu akan mendapatkan 10 ribu ariary atau setara 2,5 dolar AS dari pengepul yang datang ke pulau. Mereka tidak pernah bernegosiasi tentang harga. Pendapatan bulanan keluarga itu berkisar 20-50 dolar AS, tergantung keberuntungan jaring di perairan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement