Ahad 20 Dec 2015 09:45 WIB

Serangan Koalisi Saudi Tewaskan 75 Orang di Yaman

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Bilal Ramadhan
Koalisi Arab Saudi terus menggempur Sanaa, Yaman dari udara menyusul tewasnya puluhan tentara oleh kelompok Houthi, Ahad (6/9).
Foto: press tv
Koalisi Arab Saudi terus menggempur Sanaa, Yaman dari udara menyusul tewasnya puluhan tentara oleh kelompok Houthi, Ahad (6/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Pertempuran sengit dan serangan udara oleh koalisi yang dipimpin Arab Saudi menyerang Yaman utara, Sabtu (19/12). Dua partai utama dalam konflik di negara itu terus melanggar perjanjian gencatan senjata dan melemahkan pembicaraan damai di Swiss yang sudah renggang.

Bentrokan di provinsi Hajjah, dekat perbatasan Saudi antara pemberontak dan pasukan pro pemerintah Yaman itu telah menewaskan lebih dari 75 orang dalam tiga hari terakhir. Lebih dari 40 pemberontak menjadi korban tewas dan 35 lainnya adalah tentara pemerintah, sementara 50 orang terluka.

Menurut saksi dan pejabat keamanan, puluhan tank dan kendaraan lapis baja hancur. Pasukan pemerintah maju melintasi perbatasan dari wilayah Saudi setelah pelatihan di sana selama beberapa bulan. Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional didukung koalisi Saudi.

Koalisi yang dipimpin Amerika Serikat melawan pemberontak Houthi yang bersekutu dengan mantan presiden dan didukung oleh Iran. Sementara afiliasi lokal dari al-Qaida dan ISIS telah mengeksploitasi kekacauan untuk mengambil tanah dan pengaruh.

Menurut PBB, perang di Yaman telah menewaskan sedikitnya 5.884 orang sejak Maret. Saat itu pertempuran meningkat setelah koalisi Arab mulai meluncurkan serangan udara yang menargetkan pemberontak.

Pertempuran di Yaman terus berlanjut meskipun perjanjian gencatan senjata selama sepekan mulai berlaku pada Selasa. Pada Rabu, sedikitnya 42 orang telah tewas dalam bentrokan di sepanjang beberapa lini depan, menggarisbawahi kesulitan mencapai kemajuan dalam pembicaraan perdamaian yang ditangani PBB di Macolin, Swiss.

Pada Jumat (18/12), delegasi pemberontak Yaman menangguhkan pertemuan dengan pemerintah yang diakui secara internasional. Hal itu dilakukan sebagai protes atas pelanggaran gencatan senjata yang dilakukan. Houthi mengaku tidak akan melanjutkan perundingan kecuali PBB mengutuk pelanggarran oleh pasukan pemerintah.

"Mereka menggunakan gencatan senjata sebagai alasan meskipun mereka adalah yang pertama merusaknya," kata anggota delegasi pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement