REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- PBB melaporkan pada Senin (4/1), sebuah tim pencari fakta dari pengawas global senjata antikimia menemukan indikasi beberapa orang di Suriah terkena gas sarin yang mematikan atau senyawa sejenisnya.
Temuan datang dalam laporan bulanan terbaru mengenai Suriah dari Kepala OPCW (Organization for the Prohibition of Chemical Weapons) Ahmet Uzumcu.
Laporan Uzumcu mengatakan, tim pencari faktanya di Suriah sedang menyelidiki keterlibatan Pemerintah Suriah dalam penggunaan senjata kimia dalam 11 kasus. Namun, laporan tak menyebutkan kapan serangan gas beracun diduga terjadi.
"Dalam satu contoh, analisis beberapa sampel darah menunjukkan individu dalam beberapa titik terkena paparan sarin atau zat sejenisnya," ujar Uzumcu. Penyelidikan lebih lanjut, menurutnya, diperlukan untuk mengetahui kapan dan dalam situasi apa paparan tersebut terjadi.
Pemerintah Suriah telah lama menuduh oposisi mengunakan senjata kimia. Namun, pemberontak yang didukung Barat membantah hal itu. Para pejabat Barat menyatakan, pemberontak tak memiliki kemampuan menyebarkan gas sarin.
Uzumcu mengatakan, sumber dari senyawa sarin atau zat lain sejenis tak jelas. Ia menambahkan, tim pencari fakta OPCW tak menemukan bukti lebih lanjut mengenai sifat tertentu atau sumber yang membahayakan.
Suriah pada September 2013 setuju untuk menghancurkan seluruh program senjata kimia di bawah kesepakatan negosiasi dengan Amerika Serikat dan Rusia. Pada saat itu, Pemerintah AS mengancam pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad dengan serangan udara.
Baca juga:
Sejarah Hari Ini: Pilot Jepang Lakukan Kamikaze Pertama
Hizbullah Targetkan Pasukan Israel di Perbatasan Lebanon