REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemerintah Saudi dan Iran tak juga menurunkan skala ketegangan. Perang kata-kata masih terus berlanjut di antara kedua negera. Pada Ahad Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir kembali menuding Iran telah melakukan intervensi terhadap dunia Arab dan memicu ketegangan sektarian.
Sebaliknya pada Senin, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif yang meminta agar Saudi menghentikan perang sektarian.
"Jarak antara Iran dan Saudi semakin lebar dari hari ke hari," ujar Saeid Golkar, pengamat Iran dari Global Affairs di Chicago kepada Aljazirah.
Golkar mengatakan, memburuknya situasi di kawasan semakin membuat sulit kedua negara untuk memperbaiki hubungan dalam jangka pendek. Kendati demikian kedua negara sepertinya tidak akan melakukan konflik secara langsung. Keduanya melampiaskan kegeramannya dalam perang proksi di kawasan, termasuk di Yaman dan Suriah.
Baca juga, Iran: Ada Dua Pilihan Buat Arab Saudi.
Fawaz Gergez dari Studi Timur Tengah di London School of Economics khawatir jika konflik akan berlanjut di Suriah dan tidak ada satu pun yang melanjutkan pembicaraan damai. Hubungan Saudi dan Iran memanas setelah Riyadh mengeksekusi ulama Syiah Nimr al-Nimr. Eksekusi itu memicu demonstrasi besar-besaran di Iran.
Pendukung Nimr menyerang dan membakar kantor Kedutaan serta Konsulat Saudi di Iran. Pascainsiden itu, Saudi dengan tegas memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran. Sekutu Saudi seperti Bahrain, Sudan dan Uni Emirat Arab juga memutuskan atau mengurangi hubungan diplomatik dengan Saudi.