Rabu 13 Jan 2016 17:33 WIB

Melioidosis, Bakteri Pembunuh Baru yang Mengancam Asia Tenggara

Rep: Gita Amanda/ Red: Ilham
Ilmuwan suntikan bakteri ini ke dalam tubuhnya
Foto: Dailymail
Ilmuwan suntikan bakteri ini ke dalam tubuhnya

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Sebuah penelitian menemukan bakteri penyakit mematikan baru yang sangat sulit didiagnosa yang dikenal dengan melioidosis. Penyakit ini kemungkinan akan menjadi endemik di banyak negara tropis, seperti Asia Tenggara.

Dilansir laman Aljazirah, Selasa (12/1), penelitian sangat sedikit menemukan informasi mengenai bakteri mematikan melioidosis ini. Namun, peneliti mengungkapkan ini bisa mengancam jutaan orang.

Penyakit yang juga dikenal dengan Whitmore ini menular melalui kontak kulit, udara, atau air yang terkontaminasi bakteri Burkholderia pseudomallei. Bakteri patogen khusus umumnya ditemukan di tanah dan air wilayah Asia Selatan dan Tenggara serta Australia bagian utara.

Peneliti mengatakan, sangat mungkin bakteri ini akan menyebar jauh lebih luas ke setidaknya 79 negara. Mereka menginfeksi 165 ribu orang setiap tahun dengan 89 ribu kematian.

Mereka mengatakan, penemuan ini mengungkapkan ada jutaan orang yang berisiko terbunuh. Mereka telah mengidentifikasi semua negara di Asia Tenggara dan beberapa negara sub-Sahara Afrika serta Amerika Selatan kemungkinan jadi sumber infeksi penyakit ini.

Tim mengatakan, penelitan kecil yang dilakukan sebelumnya menyatakan penyakit dapat menginfeksi paru-paru, darah, dan sistem saraf serta sulit didiagnosa.

"Milioidosis adalah peniru ulung penyakit lainnya," kata penulis laporan di Nature Microbiology dan Kepala mikrobiologi di Mahidol Oxford Tropical Medicine Unit, di Bangkok, Direk Limmathurotsakul kepada Aljazirah.

Menurutnya, bakteri tersebut perlu didiagnosa dengan fasilitas mikroba.

Namun sayangnya, fasilitas tersebut jarang tersedia di negara-negara berkembang dengan sumber daya terbatas. Tanpa perawatan memadai, tingkat kematian bisa melebihi 70 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement