Kamis 28 Jan 2016 05:24 WIB

AS dan Cina Bersitegang karena Korut

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.
Foto: reuters
Citra satelit yang menunjukkan lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) Yongbyon.

REPUBLIKA.CO.ID, CINA -- Dua negara adidaya AS dan Cina sempat bersitegang mengenai hukuman yang akan diberikan kepada Korea Utara setelah Pyongyang melakukan uji coba bom nuklir pada 6 Januari lalu.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry bertemu dengan Menteri luarnegeri Cina Wang Yi selama lebih dari empat jam. Keduanya mengatakan pembicaraan mereka bersifat konstruktif dan jujur. Tapi pada konferensi pers keduanya menyajikan posisi berlawanan.

John Kerry mengatakan ingin Dewan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan langkah-langkah baru yang signifikan kepada Korea Utara. Amerika ingin meningkatkan tekanan pada rezim Kim Jong-un dan kembali pada perundingan pelucutan senjata.

"Beberapa tahun terakhir ini ada banyak pembicaraan tentang Korea Utara. Kami percaya sekarang  waktu yang tempat untuk melakukan tindakan membawa Korea Utara kembali ke meja (perundingan)," kata John Kerry, kemarin.

Namun Wang Yi mengatakan Pyongyang adalah sekutu terpenting Cina. Cina tidak akan mendukung hukuman baru untuk Korea Utara walaupun mereka juga mengutuk pengujian senjata massal tersebut.

Wang Yi mengingatkan sanksi baru akan menambah resiko destablisasi sebuah negara tangguh yang telah bersumpah akan mengembangkan senjata nuklirnya sejak 6 Januari lalu.

Baca juga, Lima Senjata Berbahaya Korut yang Mengancam Korsel.

Pemerintah dan militer Amerika Serikat percaya Kim Jong-un memiliki potensi untuk menyerang Amerika. Termasuk wilayah negara bagian Alaska dan Hawaii. Ahli nuklir mengatakan Korea Utara tengah mengembangkan rudal KN-08 dengan jangkauan 5.600 mil. Jarak yang cukup jauh untuk menghancurkan Jerman dan California.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement