REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kepala intelijen Amerika Serikat James Clapper mengatakan, Korea Utara (Korut) akan segera memiliki cukup plutonium untuk memproduksi senjata nuklir. Ini karena Korut telah mengaktifkan ulang salah satu reaktornya yang merupakan sumber plutonium.
Seperti dilansir BBC News, Selasa (9/2), September lalu Pyongyang mengatakan fasilitas nuklir utama di Yongbyon telah kembali beroperasi normal. Reaktor tersebut merupakan sumber plutonium untuk program senjata nuklir. Korea Utara diduga melakukan uji nuklir keempat pada Januari lalu.
"Kami menilai Korut telah melakukan pengembangan fasilitas pengayaan Yongbyon bersamaan dan mengaktifkan ulang reaktor untuk memproduksi plutonium tersebut," kata Clapper dalam penilaian tahunan terkait ancaman yang dihadapi AS.
Clapper mengatakan, mereka juga melihat Korut telah mengoperasikan reaktor cukup lama sehingga bisa mulai memulihkan plutonium bahan bakar reaktor dalam hitungan pekan hingga bulan.
Clapper juga mengatakan kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat, Pyongyang berkomitmen mengembangkan rudal jarak jauh berkemampuan nuklir. Hal itu merupakan ancaman langsung bagi AS.
Menurutnya Korut telah menunjukkan ke publik sistem rudal balistik antarbenuanya. Korut juga telah mengambil langkah-langkah awal menuju sistem tersebut meski belum melakukan uji terbang.
Baca juga, Lima Senjata Berbahaya Korut yang Mengancam Korsel.
Para ahli mengatakan ketika beroperasi sebelumnya, reaktor Yongbyon bisa menghasilkan satu bom nuklir plutonium per tahun. Diperlukan sekitar empat kilogram plutonium untuk membuat bom yang akan meledak dengan kekuatan 20 kiloton.
Pyongyang sebelumnya telah beberapa kali berjanji akan menghentikan operasi di Yongbyon. Mereka bahkan menghancurkan menara pendingin pada 2008, sebagai bagian dari kesepakatan perlucutan senjata.
Namun pada Maret 2013, Korut bersumpah mengaktifkan ulang semua fasilitas di Yongbyon. Ini dilakukan setelah AS dan UN mengeluarkan sanksi atas uji coba nuklir ketiga Korut.