REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL--Sebanyak 70 persen dari dolar AS yang dibayarkan sebagai upah kepada pekerja Korea Utara (Korut) di kompleks industri Kaesong diambil pemerintah Korut. Dana tersebut dialihkan untuk digunakan dalam program senjata dan barang-barang mewah bagi pemimpin Korut.
Ini adalah pengakuan resmi pertama Korea Selatan yang memperkerjakan 55 ribu warga Korut di Kaesong. Korsel melihat para pekerja dibayar rata-rata 160 dolar AS per bulan.
Korsel pada tengah pekan ini menangguhkan operasi Kaesong sebagai hukuman karena peluncuran roket jarak jauh Korut pada 7 Februari. Korsel mengatakan, tidak akan lagi memungkinkan dana yang dibayarkan ke Kaesong digunakan dalam program rudal dan nuklir Korut.
Korut menyebut langkah Korsel untuk menghentikan operasi adalah 'deklarasi perang' dan mengusir semua pekerja Korsel sehari setelahnya. Korut juga membekukan aset perusahaan Korsel.
"Upah bagi pekerja Korut dan biaya lain dibayar tunai dalam dolar AS kepada pihak berwenang Korut dan tidak ke para pekerja,"kata Kementerian Unifikasi Korsel.
Pihak tersebut kemudian membayarkan upah kepada para pekerja dalam bentuk won Korut dan menyimpan beberapa.
Kas tersebut kemudian disimpan dan dikelola oleh Kantor Partai Berkuasa 39 dan lembaga lainnya. Kementerian Unifikasi telah mengkonfirmasi pergerakan uang melalui berbagai sumber.
Kantor 39 secara luas diyakini membiayai gaya hidup mewah pemimpin Korut. Kantor ini juga diyakini bagian dari lembaga Korut yang mendanai program nuklir dan rudal negara tersebut.
Pekerja Korut di Kaesong diberi kesempatan merasakan kehidupan di Selatan. Mereka bekerja untuk 124 produsen berukuran kecil, menengah dan besar yang beroperasi di lokasi sekitar 54 kilometer barat laut dari Seoul.
Upah minimun untuk pekerja Korut adalah sekitar 70 dolar AS per bulan, meski perusahaan membayar lebih dari dua kali lipat setelah lembur dan bonus.
Kompleks industri bersama Kaesong merupakan jalan keluar dari pertemuan puncak pertama kedua negara saingan itu pada 2000. Saat itu, para pemimpin mereka berjanji rekonsiliasi dan kerja sama. Kaesong menjadi simbol yang tersisa dari upaya perbaikan hubungan dua negara Semenanjung selama bertahun-tahun.
Sebelum penangguhan pekan ini, Kesong sempat ditutup selama lima bulan pada 2013 di tengah ketegangan yang meningkat setelah uji coba nuklir ketiga Korut.