REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Fiji mengirimkan kapal pengangkut bantuan pada Selasa (23/2) ke sejumlah pulau terpencil dan desa pantai yang hancur akibat topan.
Topan menewaskan setidaknya 29 orang, saat pekerja bantuan memperingatkan akan kemungkinan penyebaran zika dan demam berdarah. Terdapat kekhawatiran akan jumlah korban tewas meningkat di negara berpenduduk 900 ribu orang itu, saat jaringan komunikasi pulih di beberapa pulau kecil terkena topan Winston pada Sabtu.
Gambar udara Angkatan Udara Selandia Baru dan diunggah pada laman resmi pemerintah Fiji menunjukkan desa porak-poranda dan banjir setelah badai Winston melewati 300 pulau di kepulauan itu dengan kecepatan hingga 325 kilometer per jam. Ribuan warga Fiji tinggal di gubuk kayu di pantai.
(Baca: Seluruh Desa Hancur, PBB Prihatin Dampak Topan di Fiji)
Pihak berwenang memperingatkan akan kerusakan sangat parah di pulau Koro, pulau ketujuh terbesar Fiji, dan lebih dari 8.000 orang masih mengungsi di sejumlah tempat di penjuru negeri.
Perdana Menteri Frank Bainimarama meyakinkan para warga, pemerintah berusaha sekuat tenaga di tengah meningkatnya kritik atas tanggapan darurat yang lamban di beberapa bagian negara. "Kami menyadari posisi memprihatinkan yang kalian alami. Kami tidak akan beristirahat hingga kami menggapai kalian dan memberikan bantuan yang sangat kalian butuhkan," kata Bainimarama dalam pernyataan setelah mengunjungi pusat pengungsian.
Dia juga mengatakan proses pemulihan kemungkinan akan memakan waktu yang panjang dikarenakan hampir seluruh wilayah negaranya terkena dampak badai tersebut. Pekerja bantuan memperingatkan akan adanya potensi penyebaran virus zika dan demam berdarah, yang keduanya dibawa nyamuk yang akan berkembang biak di genangan akibat badai itu.
"Ancaman demam berdarah dan zika dalam hari-hari kedepan di Fiji itu nyata," kata Chris Hagarty, manajer senior program kesehatan dari Plan International Australia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan penyebaran kasus zika yang terjadi di Amerika Selatan sebagai sebiah keadaan darurat kesehatan internasional pada 1 Februari.
Baca juga: Awas, Berat Badan Pengaruhi Kehidupan Seks Anda