REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pemerintah Filipina mulai mengevakuasi ribuan penduduk desa, menutup sekolah dan kantor dan melarang nelayan berlayar karena Badai Mawar mendekat provinsi utara negara itu satu pekan setelah melanda Guam, Amerika Serikat (AS). Topan tersebut membawa angin berkecepatan maksimum 96 meter per jam dengan hembusan 118 meter per jam.
Namun diperkirakan angin tidak akan berdampak langsung ke daerah pegunungan. Proyeksi saat ini topan membelok ke arah timur laut Taiwan atau selatan Jepang.
Meski diperkirakan melambat, pemerintah memperingatkan bahaya gelombang pasang, banjir bandang dan longsor saat topan melewati Provinsi Batanes dari Selasa (30/5/2023) sampai Rabu (31/5/2023). Pejabat penanggulangan bencana mengatakan arah angin topan dapat berubah dan tidak ada ruang untuk melonggarkan kewaspadaan.
"Meski bila matahari terlihat, cuaca saat ini tidak bisa diprediksi dan dapat berubah kapan saja jadi kami harus selalu berada di sisi keselamatan, di sini kami membicarakan potensi ancaman pada nyawa," kata Asisten Sekretaris Kantor Keamanan Sipil Filipina Raffy Alejandro, Senin (29/5/2023).
Pekan lalu Topan Mawar menghantam Guam sebagai topan yang paling keras menghantam wilayah AS di Pasifik itu dalam dua dekade terakhiri. Angin membalikan mobil, menghancurkan atap rumah dan memadamkan listrik.
"Topan-topan, gempa bumi dan bencana alami telah menghancurkan kehidupan kami, kami tidak mampu untuk tidak mempersiapkan diri karena berpotensi kehilangan nyawa dan menyebabkan kerusakan besar," kata Wakil Gubernur Batanes Ignacio Villa.
Pemerintah Filipina mengatakan tentara, polisi, pemadam kebakaran dan kelompok-kelompok sukarelawan siap melakukan operasi pencarian dan penyelamatan di provinsi-provinsi sebelah utara. Lebih dari jutaan paket makanan telah disiapkan untuk keadaan darurat.
Alejandro mengatakan lebih dari 4.800 orang di Provinsi Cagayan, Batanes, dan provinsi lain dievakuasi ke tempat tinggal darurat. Ia menambahkan angka warga yang dievakuasi diperkirakan akan naik mengingat evakuasi pencegahan sedang dilakukan di daerah rawan banjir dan longsor.
Sekolah dan kantor, kecuali yang terlibat dalam persiapan penanggulangan bencana di Provinsi Cagayan dan Batanes telah ditutup sementara. Dua provinsi telah melaporkan hujan dan angin kencang sejak Ahad (28/5/2023) kemarin. Penerbangan dari dan ke provinsi-provinsi tersebut juga telah dibatalkan.
Nelayan dan kapal penumpang juga sudah dilarang berlayar. Pemerintah melarang minuman beralkohol setidaknya di salah satu provinsi.
Villa mengatakan pemerintah daerah meminjam tali pada penduduk desa yang tinggal di daerah resiko tinggi untuk memperkuat rumah mereka ketika topan mendekat. Setiap tahun kepulauan Filipina diterjang sekitar 20 topan dan badai.
Daerah itu terletak di patahan seismik, tempat terjadinya gunung meletus dan gempa bumi. Filipina menjadi salah satu negara Asia Tenggara yang rawan bencana alam.
Lebih dari 7.300 orang tewas atau hilang akibat Topan Haiyan yang menerjang November 2013 lalu. Topan itu meratakan desa-desa, menyapu kapal-kapal di pesisir, menghancurkan sekitar satu juta gubuk dan rumah, dan memaksa lebih dari 5 juta orang di salah satu daerah termiskin di Filipina tengah itu mengungsi.