Mushtaha mengatakan, jumlah pekerja di industri furnitur di Jalur Gaza telah mencapai 10 ribu orang. Dua per tiga dari mereka kini dipecat.
Industri furnitur bukan satu-satunya sektor yang menderita akibat blokade Israel. Usaha dalam banyak bidang lain juga sangat terpukul.
Para pejabat di Kantor Liaison Palestina dengan Israel mengatakan kepada Xinhua, Israel tak pernah memberi alasan yang khusus bagi keputusan pelarangan itu. "Alasan keamanan" adalah satu-satunya alasan.
Kamar Dagang dan Industri Palestina di Jalur Gaza mengeluarkan satu laporan pada Januari bahwa angka pengangguran di Jalur Gaza telah mencapai 41 persen. Hatem Oweida, wakil menteri ekonomi Palestina, mengatakan, blokade Israel tentu saja telah menghalangi, mengganggu, dan merusak ekonomi Palestina.
"Ada lebih dari 200 jenis produk yang dilarang diekspor dan diimpor. Sebagian besar barang tersebut digunakan di berbagai sektor industri," katanya.
"Tahun lalu," kata dia melanjutkan, "Israel melarang 90 perusahaan yang berbeda di Jalur Gaza untuk mengekspor produk mereka."