Jumat 01 Apr 2016 07:48 WIB

Xi-Obama Masih Mentok Soal Laut Cina Selatan

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Barack Obama (kiri) mendengarkan Presiden Cina Xi Jinping berbicara saat pertemuan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nuklir di Washington, Kamis, 31 Maret 2016.
Foto: AP Photo/Jacquelyn Martin
Presiden Barack Obama (kiri) mendengarkan Presiden Cina Xi Jinping berbicara saat pertemuan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nuklir di Washington, Kamis, 31 Maret 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Cina mengatakan, Presiden Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama menggelar pembicaraan konstruktif di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Nuklir di Washington. Mereka membahas sejumlah kesepakatan meski masih menghadapi jurang perbedaan mengenai Laut Cina Selatan.

Asisten Menteri Luar Negeri Cina Zheng Zeguang mengatakan berdasarkan pertemuan, Xi dan Obama setuju meningkatkan kerja sama memastikan keamanan nuklir di seluruh dunia. Mereka juga sepakat meningkatkan kerja sama di bidang keamanan siber dan melanjutkan sejumlah perjanjian investasi bilateral.

Tapi Zheng mengatakan Cina dan AS tetap bertentangan terkait Laut Cina Selatan. Cina telah mengklaim sejumlah besar teritori di wilayah yang disengketakan tersebut. Sementara AS berencana menempatkan rudal pertahanan setelah Korea Utara melakukan tes nuklir dan roket.

(Baca: Malaysia Panggil Dubes Cina Terkait Laut Cina Selatan)

Xi mengatakan kepada Obama, ia berharap Washington mematuhi komitmen dengan 'ketat' untuk tak mengambil posisi pada isu-isu kedaulatan. Sebaliknya menurut Zheng, Xi berharap AS dapat memainkan peran konstruktif untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas.

"Harapannya adalah semua pihak akan melihat dan mengatasi masalah Laut Cina Selatan dengan benar serta mengadopsi sikap yang obyektif dan tak memihak, khususnya negara-negara di luar wilayah ini," kata Zheng.

Kantor berita resmi Cina Xinhua, juga mengutip Xi memperingatkan Cina tak akan menerima pelanggaran kedaulatan atas nama kebebasan navigasi. Pernyataan itu merujuk pada operasi udara dan patroli Angkatan Laut Amerika Serikat yang menganggap perairan tersebut jalur internasional yang bebas.

Cina selama ini mengklaim sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan, di mana jalur tersebut merupakan lalu lintas perdagangan bernilai 5 triliun dolar AS per tahunnya. Negara tetangga seperti Brunei, Malaysia, Vietnam, Taiwan dan Filipina juga mengklaim sejumlah wilayah di kawasan itu.

AS mengatakan bersikap tak memihak dalam sengketa tersebut, tapi memastikan jalur itu sebagai zona bebas navigasi. Untuk itu AS meningkatkan operasi yang mereka sebut unuk kebebasan navigasi.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement