Pada 13 April 1975, Setidaknya 17 orang tewas dan sedikitnya 20 orang terluka dalam penyergapan yang dilakukan oleh pasukan sayap kanan Lebanon terhadap sebuah bus pembawa warga Palestina di Beirut.
Orang-orang bersenjata milisi Falangis Lebanon menyerang bus tersebut karena melewati pinggiran wilayah penganut Kristen di Beirut.
Konflik bernuansa SARA ini berawal ketika gerilyawan Palestina yang mengemudi mobil jip melalui distrik Ain al-Rummaneh dilaporkan menembaki jemaat di luar sebuah gereja Kristen sekte Maronit.
Pemimpin Kristen Falangis, Pierre Gemayel, menghadiri misa di gereja dan pendukungnya berjaga di luar mengadang salah satu jip dan perkelahian tidak bisa dihindari.
Kemudian ketika bus melintas, orang-orang bersenjata Falangis yang menjaga sekitar gereja menembakinya. Sebagian besar yang tewas adalah warga Palestina.
Ketegangan memanas setelah percobaan penculikan Amin Gemayel, yang merupakan anak laki-laki Gemayel pemimpin kelompok Kristen paling berpengaruh di Lebanon. Pierre Gemayel mendirikan milisi Falangis untuk melindungi komunitas Kristen Maronit, yang telah memainkan peran politik penting di Lebanon.
Orang-orang Kristen mengaku menghadapi peningkatan kebencian berbagai kelompok Muslim, yang jumlahnya banyak namun kurang terwakili di kursi pemerintah. Perasaan diantara orang-orang Kristen semakin diperburuk oleh kedatangan pengungsi Palestina, yang mendirikan kantor pusat mereka di bawah pimpinan Yasser Arafat di Beirut.
Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menyerukan negara-negara Arab menekan Lebanon untuk menghukum milisi Falangis. Dia mengirim telegram menuduh Falangis menyergap bus warga sipil Palestina dan menewaskan banyak penumpang termasuk perempuan dan anak-anak.