REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo telah mengevakuasi 19 mahasiswa Indonesia ke Fukuoka. Tindakan ini dipimpin langsung oleh koordinasi fungsi (atase) protokol dan konsuler KBRI Tokyo yang hadir di Kumamoto bekerja sama dengan Konsulat Jenderal (Konjen) Osaka.
Evakuasi warga juga ada yang ditujukan ke Hiroshima dan Tokyo. Atase Pendidikan KBRI Tokyo, Alinda M Zain, mengatakan, jumlah mahasiswa Indonesia di Kumamoto bukan 320 orang, melainkan sekitar 60 orang saja.
“Dengan begitu, info yang mengatakan jumlah tersebut 320 orang tidak akurat dan tidak dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (20/4).
Tim relief KBRI Tokyo merupakan tim bantuan kedutaan dari negara ASEAN yang paling awal berhasil tiba di Kumamoto, yaitu pada Sabtu siang (16/4). Saat itu, Bandara Kumamoto masih ditutup akibat gempa.
Baca: KBRI Segera Evakuasi WNI Pengungsi Gempa Jepang
Kereta Api Shinkansen juga tidak beroperasi. Namun, via Bandara Fukuoka, tim KBRI Tokyo berhasil menembus rintangan dan mencapai Kumamoto untuk membantu WNI dan warga Jepang yang menjadi korban.
Alinda menyebut, KBRI Tokyo sudah melakukan kontak dengan korban di Kumamoto sejak hari pertama terjadinya gempa melalui Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Kumamoto dan Ketua Fumiku (Persaudaraan Muslim Kumamoto) serta profesor Jepang yang mengajar di Universitas Kumamoto.
Untuk berkomunikasi dengan WNI di Jepang, sejak 2010 KBRI Tokyo telah memiliki hotline siaga 24 jam. Setiap telepon seluler milik WNI yang mendarat di Jepang juga akan langsung mendapat nomor hotline KBRI Tokyo tersebut.
Alinda mengatakan, sistem manajemen bencana di Jepang sudah sangat baik. Penanganan seluruh warga, baik orang Jepang maupun warga negara asing (WNA), diperlakukan sama. “Sehingga tidak mungkin terjadi penelantaran warga yang terkena musibah gempa,” kata dia.
Saat tim relief KBRI tiba, mahasiswa dan warga negara Indonesia lainnya sudah berada di tempat penampungan yang disediakan kampus dan Kuyakuso.