REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM TIMUR -- Sejumlah diplomat dan pemantau internasional semakin khawatir dengan permukiman-permukiman Israel di wilayah pendudukan baik di Tepi Barat maupun Yerusalem Timur.
Sebab banyak permukiman yang telah dibangun selama setengah abad terakhir ditempati oleh pemukim-pemukim nasionalis religius yang menganggap tempat tersebut pemberian Tuhan untuk Israel.
Salah satu permukiman yang cukup tua berada di bukit sebelah timur Yerusalem. Menghadap ke kota Palestina Yerikho dan Lembah Yordan. Permukiman ini kental dengan ciri khas genteng berwarna merah dan memiliki taman-taman bermain berwarna cerah.
Mitzpe Yericho nama wilayah permukiman itu. Bediri sejak 1978 di lereng dekat Laut Mati yang merupakan titk terendah di bumi. Ini merupakan salah satu lebih dari 230 permukiman Israel yang dibangun di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki selama setengah abad terakhir.
Jika kesepakatan damai Palestina-Israel tercapai secara mengejutkan, sebagai bagian dari inisiatif Prancis yang dimulai 3 Juni mendatang, maka itu berarti warga Israel di permukiman Mitzpe Yericho harus pergi. Tapi pada kenyataannya, sekitar 3.000 pemukim yang berada di permukiman itu tak memiliki niat tersebut. Bagi mereka permukiman itu telah diberikan Tuhan dan tak dapat diubah.
"Jika perdamaian dengan Palestina tercapai kami tetap tinggal dan jika tak ada kedamaian kami juga tetap tinggal. Itu bagian dari Israel, menurut Alkitab. Ini sesuatu dari Tuhan," kata salah satu warga yang telah tinggal di Mitzpe Yericho sejak itu didirikan, Yoel Misael (65 tahun).
Baca juga, Israel Kembali Rampas Tanah Palestina di Tepi Barat.
Hal ini membuat khawatir sejumlah diplomat dan pemantau internasional. Sebab banyak permukiman Israel telah didiami lebih dari setengah juta pemukim dan menghabiskan biaya pembangunan puluhan miliar dolar. Diplomat dan pemantau khawatir permukiman-permukiman ini bisa mencapai titik tak tergoyahkan.
Padahal para menteri luar negeri akan bertemu pada Jumat (3/6) ini dengan tujuan membuka kembali jalan negosiasi damai Israel-Palestina.
Pada Senin (30/5) lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sempat menyatakan dukungannya pada proposal perdamaian Arab. Dalam proposal tersebut, negara-negara Arab akan memberikan pengakuan terhadap Israel asalkan negara itu menarik diri dari Tepi Barat dan Yerusalem Timur.