REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapal Angkatan Laut Australia menyelenggarakan upacara di Selat Sunda guna mengenang salah satu pertempuran di perairan Indonesia yang terjadi selama Perang Dunia Kedua (1939-1945), demikian siaran pers Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Rabu (15/6).
Pada 1 Maret 1942, kapal penjelajah Australia, HMAS (His Majesty's Australian Ship) Perth I dan Amerika Serikat, USS (United States Ship) Houston menghadapi gugus tugas Angkatan Laut Jepang. Karena kalah dari segi teknologi persenjataan dan jumlah personel, kedua kapal tersebut akhirnya tenggelam setelah kehabisan amunisi.
Dalam pertempuran tersebut, 375 prajurit Australia tewas sementara 328 lainnya berhasil diselamatkan namun harus menghabiskan masa perang di kamp tawanan perang. Selama ditawan, jumlah mereka yang meninggal semakin bertambah.
USS Houston kehilangan 696 pelaut dan marinir dan 368 personel ditawan ddan mengalami nasib serupa dengan tawanan dari Australia.
Upacara peringatan pertempuran dan gugurnya prajurit Australia digelar di atas Kapal Frigat Kelas Anzac Angkatan Laut Australia, HMAS Perth III yang berlayar di Selat Sunda. Komandan HMAS Perth III, Kapten Ivan Ingham mengatakan pengorbanan para tentara yang gugur selama pertempuran tersebut membantu terjalinnya hubungan Indonesia dan Australia.
"Awak kapal HMAS Perth I dan USS Houston merupakan bagian dari kisah perjuangan nasional Indonesia sebagaimana juga menjadi bagian sejarah masa perang Australia sendiri," kata Ingham.
Pihak berwenang Indonesia dan Australia memastikan bangkai kapal tersebut telah diamankan untuk generasi mendatang.
Pusat Penelitian Arkeologi dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia bekerja sama dengan Museum Maritim Nasional Australia akan mendokumentasikan bangkai kapal tersebut untuk keperluan pendidikan.
Juru bicara Museum Maritim Nasional Australia, Kieran Hosty mengatakan langkah pertama adalah melakukan penyelaman di situs Perth I. "Operasi seperti ini pasti sulit dan berbahaya. Waktu pelaksanaan tergantung pada kekuatan arus air di bawah. Namun demikian, kami telah membicarakan hal ini dengan rekan-rekan Indonesia dan penyelaman akan dilakukan akhir tahun ini," ujar Hosty.
Foto yang diperoleh selama penyelaman ini akan membantu pihak berwenang dalam menentukan kondisi bangkai kapal.
Bukti visual ini kemudian akan digunakan sebagai ilustrasi kisah HMAS Perth I dan USS Houston untuk generasi mendatang. Diharapkan area tersebut pada akhirnya dinyatakan sebagai zona konservasi maritim.
"Segala sesuatunya harus kita lakukan dengan hati-hati dan penuh hormat karena bila bangkai kedua kapal hilang maka hilang pula warisan mereka. Hal ini bisa dicegah dengan melakukan langkah-langkah perlindungan dari sekarang," ujar Hosty.