Kamis 16 Jun 2016 18:52 WIB

MA Australia Tolak Periksa Keberatan Penentang Masjid Bendigo

Aksi gerakan Believe in Bendigo mendukung rencana pembangunan masid di kota itu.
Foto: abc
Aksi gerakan Believe in Bendigo mendukung rencana pembangunan masid di kota itu.

REPUBLIKA.CO.ID, BENDIGO -- High Court Australia yang merupakan lembaga peradilan tertinggi (setara dengan Mahkamah Agung di Indonesia) menolak permohonan memeriksa keberatan penentang rencana pendirian masjid pertama di Kota Bendigo.

Dua warga Bendigo menentang rencana pembangunan masjid itu dengan dalih pemerintah Kota Bendigo gagal menjalankan kewajiban hukum mereka dalam mempertimbangkan dampak sosial kehadiran masjid itu secara penuh.

Kedua orang itu membawa kasus ini ke MA setelah gugatan mereka ditolak pertama oleh peradilan sipil dan administratif Victoria (VCAT) dan kemudian oleh peradilan banding negara bagian (State Court of Appeal).

Terjadi demo besar-besaran di Bendigo terkait rencana pembangunan ini tahun lalu, dengan kelompok berlawanan saling berhadap-hadapan.

Organisasi bernama Australian Islamic Mission mengajukan pemohonan izin pembangunan masjid di daerah Rowena Street, Bendigo Timur, kepada Pemkot Bendigo pada November 2013. Izin dari Pemkot keluar pada Juni 2014 dan sejak itu muncul rangkaian gugatan.

Perdebatan di seputar rencana masjid memicu kontroversi dan pertentangan di kota itu, dan aksi demo besar-besaran terjadi di pusat kota Bendigo pada Oktober tahun lalu.

Para penggugat menyatakan mereka telah menghabiskan dana lebih dari 200 ribu dolar AS untuk biaya hukum.

Sebuah kelompok masyarakat bernama Believe in Bendigo, yang dipimpin tokoh setempat bernama Margot Spalding, menyampaikan selamat kepada MA, Pemkot dan para pendukung keputusan ini.

Dalam postingan Facebook mereka, kelompok ini menyatakan sudah saatnya untuk beranjak dan merayakan kota itu seperti apa adanya, bukan sebagaimana yang digambarkan.

"Garis telah ditarik dan sekarang saatnya move on. Keputusan ini merupakan hari penting dalam sejarah Bendigo, namun bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari sesuatu yang bersejarah bagi sesuatu yang indah," demikian dikatakan dalam postingan itu.

"Kita merupakan masyarakat yang beragam, terbuka, dan inklusif yang merayakan kontribusi dari setiap budaya bagi kehidupan Bendigo."

"Dari negara mana pun anda berasal, ap apun agama yang anda jalankan, dan apa pun budaya yang anda rayakan, kedatangan anda diterima di Bendigo," demikian postingan tersebut.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/gugatan-masjid-bendigo-berakhir/7512570
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement