Jumat 17 Jun 2016 07:47 WIB

Kilas Balik Jatuhnya Egypt Air MS804

Rep: Gita Amanda/ Red: Bilal Ramadhan
Militer Mesir mulai menemukan serpihan atau puing dari jatuhnya Egypt Air di laut Mediterania, Sabtu (21/5).
Foto: Reuters
Militer Mesir mulai menemukan serpihan atau puing dari jatuhnya Egypt Air di laut Mediterania, Sabtu (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID, Pesawat Egypt Air MS804 terbang pada Rabu (18/5) malam, dengan rute Paris menuju Kairo. Namun pada Kamis (19/5) pagi, pesawat yang membawa 66 orang itu jatuh di wilayah Laut Mediterania.

Puing-puing pesawat jenis Airbus A320 itu ditemukan mengambang di Mediterania yang berada sekitar 290 kilometer utara kota Iskandariyah, Mesir. Pada 15 Juni lalu, pejabat Mesir mengklaim reruntuhan utama pesawat sudah berada di dasar laut.

Dilansir laman BBC News, Egypt Air MS804 meninggalkan Bandara Paris Charles de Gaulle pada Rabu pukul 21.09 GMT. Pesawat dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Kairo pada pukul 01.15 GMT.

Pada pukul 23.24 GMT, pesawat memasuki wilayah udara Yunani. Pengendali lalu lintas udara Yunani masih sempat berbicara dengan pilot pada pukul 23.48 GMT, saat itu pesawat tak mengalami masalah dan masih terbang di atas Pulau Kea.

Kemudian pada pukul 00.26 GMT, menurut data Aircraft Communications Addressing and Reporting System (ACARS) asap mulai terdeteksi di toilet pesawat. Semenit kemudian pengendali lalu lintas udara mencoba melakukan kontak dengan pesawat tapi tak ada tanggapan.

Pada pukul 00.29 GMT pesawat meninggalkan wilayah udara Yunani dan 40 detik kemudian pesawat menghilang dari radar Yunani. Di beberapa titik sebelum pesawat hilang radar menunjukkan pesawat berbelok 90 derajat ke kiri kemudian 360 derajat ke kanan.

Peneliti Yunani mengatakan pesawat kemudian jatuh dari ketinggian 37 ribu kaki ke 15 ribu kaki, lalu 10 ribu kaki. Kepala layanan navigasi udara yang dikelola Mesir, Ehab Azmy, mengatakan pesawat tak keluar dari jalurnya. Dia juga mengatakan awak tak melakukan panggilan untuk melaporkan asap di penerbangan.

Pesawat produksi November 2003 itu kehilangan kontak dengan radar Mesir pada pukul 00.30 GMT. Azmy mengatakan tak ada masalah dengan pesawat saat memasuki wilayah udara Mesir. Pesawat bermesin ganda itu telah menempuh sekitar 48 ribu jam terbang.

Menurut situs pelacakan pesawat, flightradar24, sehari sebelum kecelakaan pesawat terbang dari Asmara di Eritrea ke Kairo, kemudian Tunis, Tunisia sebelum ke Paris melalui Kairo. Menurut laporan BBC, pesawat A320-232 itu terpaksa melakukan pendaratan darurat pada 2013 saat pilot menemukan mesin mengalami overheating. Tapi menurut laporan resmi maskapai, masalah teknis tersebut telah diperbaiki.

Sebanyak 56 penumpang dan 10 awak berada dalam pesawat saat kecelakaan terjadi. Penumpang berasal dari 12 negara berbeda, dengan mayoritas penumpang berasal dari Mesir. Sisanya berasal dari Prancis, Irak, Inggris, Kanada, Beligia, Kuwait, Arab Saudi, Aljazair, Chad dan Portugal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement