REPUBLIKA.CO.ID, BRATISLAVA -- Tugas sebagai presiden Dewan Uni Eropa terus berganti setiap enam bulan di antara negara-negara anggotanya. Pekan depan, Slovakia akan menggantikan Belanda, dan Perdana Menteri Slovakia Robert Fico telah vokal menyuarakan masalah migran Muslim, termasuk menolak mereka di negaranya.
"Islam tak memiliki tempat di Slovakia," kata Fico kepada wartawan.
Ia memperingatkan imigran dapat mengubah karakter negaranya dan mengatakan tak akan membiarkan perubahan mempengaruhi bangsanya. Dilansir The Washington Post, Selasa (21/6), Fico juga telah membuat pernyataan serupa tahun lalu karena krisis kemanusiaan meningkatkan pengungsi Suriah ke Eropa.
Pendapat Fico ditentang Kanselir Jerman Angela Merkel yang menyambut pengungsi pada 2015.Fico seperti politisi lainnya di Eropa Timur dan Tengah, berpendapat negaranya tak memiliki kewajiban untuk memukimkan pengungsi. Sebab tak seperti Amerika Serikat dan pemimpin negara-negara Eropa Barat, negara Eropa Timur dan Tengah memiliki sedikit pengalaman dengan imigran Muslim.
"Sejak Slovakia merupakan negara Kristen, kita tidak bisa mentolerir masuknya 300-400 ribu imigran Muslim yang ingin mulai membangun masjid di seluruh tanah kami dan berusaha mengubah alam, budaya dan nilai-nilai negara," katanya pada Januari 2015.
Setelah beberapa pendatang Muslim terlibat dalam serentetan serangan terhadap perempuan di ruang publik di Cologne, Jerman sekitar malam tahun baru, Fico menyatakan pada Januari ia tidak akan pernah membuat keputusan sukarela yang akan mengarah pada pembentukan komunitas Muslim di Slovakia. Menurutnya, multikulturalisme adalah sebuah fiksi.
"Setelah anda membiarkan migran, anda dapat menghadapi masalah seperti itu," katanya.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Slovakia tahun lalu mengatakan jika negaranya akan mengambil pengungsi Suriah, maka mereka harus yang beragama Kristen.
Advertisement