Kamis 30 Jun 2016 11:19 WIB

Duh, Selama Ini Jepang Ternyata Awasi Muslim

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Muslim Jepang
Foto:

"Kami diberitahu kami tak memiliki kasus konstitusional. Kami masih mencoba mencari tahu, bagaimana ini bisa tidak konstitusional?" kata pengacara penggugat Junko Hayashi.

Penegak hukum sebagian besar mengabaikan kasus ini. Seorang pejabat dari Badan Kepolisian Nasional mengatakan, rincian kegiatan pengumpulan informasi diperlukan untuk mencegah terorisme di masa depan.

Beberapa orang juga mendukung pengawasan terhadap Muslim. Profesor di Akademi Pertahanan Nasional Jepang Naofumi Miyasaka mengatakan kebocoran dokumen merupakan kegagalan besar dalam sejarah kontraterorisme Jepang. Sebab itu menodai kemampuan penegak hukum mengumpulkan intelijen mengenai ancaman potensial.

Keputusan Mahkamah Agung Jepang menjadi berita utama dan debat kecil di Jepang. Whistleblower Edward Snowden turut mengomentari keputusan Mahkamah Agung. Berbicara melalui sambungan telepon video dalam simposium tentang pengawasan pemerintah di Tokyo, 4 Juni lalu, ia mengatakan orang-orang Islam cenderung menjadi sasaran meski mereka tak melakukan kegiatan atau berlatar belakang kriminal.

"Hanya karena orang takut. Tapi kalau dilihat di Jepang, aksi teroris signifikan terakhir dilakukan Aum Shinrikyo lebih dari 20 tahun lalu. Ia bukan dari kelompok ekstremis Islam melainkan kultus kiamat yang ingin mendirkan kekaisaran baru di Jepang," ujar Snowden merujuk pada insiden serangan gas sarin pada 1995 di kereta bawah tanah Tokyo yang menewaskan 13 orang dan melukai 6.000 lainnya.

Pengamat lain juga mempertanyakan, apakah pemantauan agama tertentu secara massal merupakan strategi kontraterorisme yang efektif? Direktur Asian Studies at Temple University di Tokyo, Jeff Kingston mengatakan Jerman juga memiliki program serupa tapi tak menemukan adanya seorang teroris tunggal di antara dokumen 30 ribu Muslim di Jerman.

Badan Kepolisian Nasional dan Polisi Metro Tokto menolak permintaan untuk mengomentari keputusan pengadilan. Mereka juga tak mau mengonfirmasi apakah mereka akan terus memantau komunitas Muslim di Jepang.

Tapi Hayashi yakin, pengawasan justru akan diintensifkan. Menurutnya ini sangat sulit terutama bagi anak-anak yang tumbuh di sana. "Polisi menganggap mereka sebagai teroris di masa depan," kata Hayashi.

 

Baca: Menengok Ramadhan di Utara dan Selatan Dunia

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement