REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Kotak hitam kedua, perekam suara kokpit Egypt Air MS804, masih dalam perbaikan di lab milik lembaga penyelidikan kecelakaan pesawat Perancis, BEA. Chip data dari kedua alat perekam dikirimkan setelah alat itu ditemukan di Laut Mediterania pada awal bulan ini.
BEA terlibat dalam penyelidikan karena Prancis merupakan tempat asal pesawat itu dan lokasi dimana perusahaan pesawat Airbus berada. Sebanyak 15 orang yang tewas dalam pesawat itu merupakan warga Prancis.
Seorang penyelidik dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat juga turut terlibat, karena mesin pesawat itu dibuat oleh perusahaan gabungan yang dipimpin perusahaan AS, Pratt & Whiney. Jika masih utuh, perekam kokpit itu akan mengungkap percakapan pilot dan segala tanda peringatan di dalamnya, begitu pula dengan petunjuk lain seperti suara mesin.
Baca: Data Kotak Hitam Egypt Air Berhasil Diunduh
Sebuah kapal pencari yang dikerahkan oleh pemerintah Mesir dari lembaga Deep Ocean Search di Mauritius masih melakukan pencarian sisa-sisa manusia di Laut Mediterania.
Tidak ada penjelasan terkait kecelakaan itu yang disingkirkan, namun para pejabat maskapai baik yang masih menjabat maupun yang sudah tidak semakin yakin penyebabnya adalah dari sistem teknis pesawat itu dan bukan merupakan sabotase. Kantor jaksa Paris membuka sebuah penyelidikan pada Senin namun mengatakan mereka tidak melihat terorisme sebagai sebuah kemungkinan penyebab kecelakaan itu pada saat ini.
Kecelakaan itu menjadi pukulan ketiga sejak Oktober terhadap industri pariwisata Mesir, yang masih menderita diakibatkan pemberontakan 2011 yang mengakhiri kekuasaan Husni Mubarak selama 30 tahun.
Sebuah pesawat Rusia mengalami kecelakaan di Semenanjung Sinai pada Oktober, menewaskan seluruh 224 orang yang ada di dalamnya dalam sebuah serangan yang diklaim oleh kelompok bersenjata ISIS. Pada Maret, sebuah pesawat Egypt Air dibajak oleh seorang pria yang mengenakan sabuk bunuh diri palsu, tanpa menimbulkan korban.