REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull tampaknya akan tetap berada di tampak kekuasaan setelah memperoleh dukungan dari tokoh kunci independen pada Kamis (7/7).
Walaupun persaingan dalam pemungutan suara mengisyaratkan bahwa dia akan menghadapi masalah ekonomi dan politik di masa depan lebih berat.
Tanda-tanda sudah ada bahwa ketakstabilan politik mulai terlihat setelah pemilihan pada Sabtu. Ekonomi Australia terganggu seperti rating kredit yang dibuat "Standard and Poor" menunjukkan negatif dari stabil, mengancam status AAA.
Turnbull terbang ke Queensland, negara bagian di Australia utara, untuk membujuk Bob Katter memberikan dukungannya. Katter adalah mantan anggota koalisi konservatif yang sekarang berpotensi sebagai tokoh kunci jika Turnbull tak dapat meraih 76 kursi di majelis rendah yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan.
"Hari ini kami mengumumkan dukungan ... bagi sebuah pemerintahan Turnbull. Saya lakukan dengan kurang antusias," kata Katter kepada wartawan. "Saya akan memegang hak saya untuk mengubah suatu waktu di masa depan."
Dukungan Katter memberikan koalisi yang dipimpun Turnbull dengan total 74 kursi, demikian proyeksi Australian Broadcasting Corp. sementara penghitungan suara masih berlaangsung.
Buruh diproyeksikan meraih 66 kursi. Artinya partai tersebut akan memerlukan enam kursi yang masih dihitung dan membuat persetujuan dengan empat calon lagi dari independen untuk membentuk pemerintahan, suatu skenario yang sepertinya dipandang ektrim oleh pembuat jajak pendapat.
"Saya masih percaya kami akan membentuk sebuah pemerintahan, dan kami akan menyatukan parlemen sejauh kami mampu," kata Turnbull kepada wartawan setelah bertemu dengan Katter.