Senin 11 Jul 2016 12:06 WIB

Sudan Selatan Diambang Perang Saudara

sudan selatan
sudan selatan

REPUBLIKA.CO.ID,  JUBA -- Pertempuran terjadi di ibu kota Sudan Selatan pada Ahad sehingga memunculkan kekhawtiran mengenai kembalinya perang saudara di negara yang baru berumur lima tahun tersebut.

Pasukan loyalis Wakil Presiden Riek Machar mengklaim telah diserang oleh tentara presiden. "Penduduk Dr. Machar diserang dua kali pada hari ini dengan menggunakan tank dan helikopter tempur," kata juru bicara Machar, James Gatdet Dak, kepada Reuters. Dia menambahkan bahwa situasi di Juba kini telah tenang.

Hingga kini pemerintahan Presiden Silva Kiir belum merespon tudingan tersebut. Menteri informasi dari kubu Kiir, Michael Makuei, sebelumnya mengatakan bahwa situasi di Juba masih terkontrol dan meminta penduduk untuk tetap tinggal di rumah.

Kiir dan Machar, yang terlibat dalam perang saudara selama dua tahun sejak 2013, pada pekan lalu sempat bersama-sama meminta semua pihak untuk tetap tenang usai terjadinya bentrokan antara kedua faksi pada Kamis malam.

Bentrokan pada Kamis menewaskan setidaknya 272 orang, kata Kementerian Kesehatan setempat kepada Reuters pada Ahad pagi waktu setempat.

Di antara korban yang tewas adalah seorang tentara penjaga perdamaian asal China. Di sisi lain, sejumlah tentara penjaga perdamaian dari China dan Rwanda juga terluka, kata Duta Besar Jepang untuk PBB, Koro Bessho, yang tengah presiden Dewan Keamanan untuk bulan Juli.

"Dewan Keamanan siap meningkatkan misi UNMISS untuk memastikan bahwa UNMISS dan komunitas internasional bisa mencegah dan merespon kekerasan di Sudan Selatan," kata Bessho kepada para wartawan.

Dia mengatakan bahwa 15 anggota Dewan Keamanan meminta negara-negara sekitar untuk menyiapkan pasukan tambahan bagi 13.500 tentara PBB yang kini ditempatkan di Sudan Selatan.

Sebuah catatan rahasia dari Departemen Penjaga Keamanan PBB yang diperoleh Reuters menyatakan bahwa pihak yang bertempur di Sudan Selatan telah "mengerahkan helikopter militer dan tank."

Sementara itu Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, mendesak Kiir dan Machar menginstruksikan pasukan masing-masing untuk menahan diri demi memulihkan situasi keamanan di Juba.

"Saya sangat frustasi. Meskipun ada komitmen dari pemimpin Sudan Selatan, pertempuran masih saja terjadi," kata dia.

Warga di distrik Gudele dan Jebel, Juba, melaporakan adanya tembak-menembak di dekat kantor pusat pasukan Machar.

Sumber dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan setidaknya 33 warga sipil tewas dalam pertempuran terbaru pada Ahad.

Untuk mengatasi situasi di Sudan Selatan, Inggris mengusulkan pemberlakuan embargo senjata, namun proposal tersebut sempat ditolak oleh Rusia karena dinilai tidak membantu implementasi kesepakatan damai antara Kiir dan Machar pada Agustus lalu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement