REPUBLIKA.CO.ID, ENTEBBE -- Cina pada Sabtu (16/7) mengevakuasi sejumlah anggota staf kedutaan beserta warga negaranya yang terjebak di tengah pertempuran di ibu kota negara Sudan Selatan, Juba.
Direktur Kantor Urusan Penjagaan Perdamaian pada Kementerian Pertahanan Cina Mayor Jenderal Su Guanghui dan delegasi yang dipimpinnya tiba pada Sabtu pagi di Juba. Delegasi itu kemudian membawa keluar 17 anggota staf kedutaan besar, 12 anggota tim medis serta 20 orang karyawan perusahaan Cina dari Sudan Selatan.
Rombongan yang diselamatkan dari negara yang dicengkeram konflik itu diterbangkan dengan sebuah pesawat khusus yang penyediannya diatur pihak berwenang di Beijing. Dalam perjalanan mereka pulang ke Cina, rombongan singgah di Uganda.
Mereka disambut oleh Duta Besar Cina untuk Uganda Zhao Yali di Bandar Udara Internasional Entebbe, sekitar 40 kilometer selatan ibu kota negara, Kampala. "Saya merasa bangga, lega dan aman ketika memasuki pesawat khusus yang disediakan oleh pemerintah Cina. Saya berterima kasih kepada pemerintah kita atas pengaturan dan pengiriman pesawat ini untuk mengevakuasi kami," kata wakil pemimpin tim medis Cina di Juba, Jiang Feiyun.
Pemindahan staf kedutaan dan para warga Cina keluar dari Sudan Selatan itu merupakan bagian dari langkah darurat yang diambil oleh pemerintah Cina untuk melindungi warga negaranya dari pertempuran baru-baru ini di Juba. Pertempuran berlangsung antara pasukan pemerintahan Presiden Salva Kiir dan pasukan yang setia kepada Wakil Presiden Riek Machar.
Dua anggota pasukan penjaga perdamaian Cina pada Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Sudan Selatan terbunuh sementara empat lainnya luka pada Ahad pekan lalu ketika pertempuran antara pemerintah dan pasukan antipemerintah terus berlangsung.
Dua tentara Cina penjaga perdamaian yang terluka, Chen Ying dan Huo Yahui, pada Sabtu sore diangkut ke Beijing menggunakan pesawat spesialis penyelamat medis yang dikirimkan oleh militer Cina untuk penanganan dan pelaksanaan khusus.
Baca: Cina Minta Dunia Kerja Sama Berantas Terorisme