REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pasukan pengawal elite untuk Presiden Turki dibubarkan. Hal ini dilakukan setelah hampir 300 anggota dalam tim tersebut ditahan karena diduga terlibat dalam upaya kudeta gagal di negara tersebut pekan lalu.
Dalam laporan BBC, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengeluarkan sejumlah tindakan keras menyusul kudeta militer yang terjadi. Ribuan pejabat serta orang-orang yang bekerja di lembaga negara juga instansi pendidikan dipecat.
Status keadaan darurat juga diumumkan di negara itu dan berlangsung hingga tiga bulan ke depan. Hal ini memungkinkan presiden dan kabinet di negara itu untuk merombak kabinet, menyusun undang-undang baru, serta membatasi dan menangguhkan hak dan kebebasan pihak-pihak tertentu yang diperlukan.
Erdogan menuding bahwa Fethullah Gulen, ulama Turki yang menetap di Amerika Serikat (AS), menjadi dalang utama kudeta pemerintahannya. Penangkapan terhadap orang-orang yang terkait dengan Gulen dilaporkan telah dilakukan.
Mereka yang ditangkap termasuk keponakan dari ulama tersohor tersebut, bernama Muhammet Sait Gulen, yang berada di Erzurum. Selain itu, tangan kanan Gulen diketahui juga ditangkap sebelumnya.