REPUBLIKA.CO.ID, INDIANA -- Sekitar 94 juta orang di Benua Amerika berisiko terinfeksi virus zika. Bahkan, angka itu termasuk 1,6 juta wanita hamil.
Dipimpin Alex Perkins dari Universitas Notre Dame, para peneliti lain berasal dari Universitas Southampton, Universitas Oxford dan Flowminder Foundation di Swedia. Penelitian yang diterbitkan di Nature Mikrobiologi ini, memakai metode baru yang bisa mempercepat prediksi dampak edimedi di seluruh dunia.
"Hasil penelitian kami menunjukkan 1,65 juta wanita usia subur dan 93,4 juta orang lainnya bisa terinfeksi sebelum gelombang pertama epidemi, dan puluhan ribu kehamilan dapat mengalami dampak negatif gelombang pertama epidemi," kata Perkins, seperti dilansir Wired.com, Senin (25/7).
Menurut pemetaan para peneliti, Brazil akan menjadi negara yang memiliki jumlah terbesar infeksi zika, lebih dari dua kali lipat negara lain. Organisasi Kesehatan Dunia, pada Februari lalu, secara resmi menyatakan keadaan darurat kesehatan masyarakat terhadap virus yang belum ada obatnya tersebut.
Gejala umum zika memang tidak terlihat parah, termasuk demam ringan, ruam kulit, malaise, nyeri otot dan sendi serta sakit kepala. Zika juga sangat terkait dengan microcephaly dan sindrom Guillain-Barre, yang daopat menyebabkan kecilnya abnormal kepala saat lahir yang akan berefek ke sistem saraf parifer atau kematian.
Pada 22 Juli lalu, New York menerima laporan kelahiran bayi pertama yang terjangkit microcephaly zika, disusul kejadian serupa di Spanyol. Para peneliti menghasilkan proyeksi realistis dari penyebaran virus zika, yang dapat cepat menginfeksi melalui hubungan seks.