Rabu 27 Jul 2016 16:21 WIB

Pembunuhan Pendeta, Ada Upaya Memprovokasi Perang Agama di Prancis

Perdana Menteri Prancis Manuel Valls.
Foto: AP Photo/Francois Mori
Tentara Prancis berjaga di gereja di Saint-Etienne-du-Rouvray, Normandy, Prancis, Selasa, 26 Juli 2016. Dua pria menyerang gereja dan menyandera sejumlah jemaat. Serangan menewaskan pendeta 84 tahun.

Upaya untuk membentrokan Islam dan Kristen juga diprovokasi oleh sejumlah politikus. Salah satunya Marine Le Pen, politikus dari kanan ekstrem.  "Di Barat seperti halnya di Timur, Kristen harus berdiri untuk menolak Islam." 

Ia menambahkan, "Menimbang ancaman yang dihadapi Prancis, saya memutuskan untuk bergabung dengan cadangan militer. Saya mengundang semua pemuda melakukan hal sama."

Sebuah blog dari Front National juga merespons serangan tersebut. "Sekarang jantung identitas budaya bangsa kita yang diserang."

Namun tak sedikit tokoh agama yang meminta menahan diri. Salah satunya datang dari Uskup Agung Rouen Dominoque Lebrun. "Gereja Katolik tak bisa mengangkat senjata, namun berdoa serta mendorong persahabatan antara sesama."

Mohammed Karabila, presiden Regional Council of the Muslim Faith untuk Haute-Normandie mengaku bertemu dengan korbal Pendeta Hamel dalam satu kesempatan. Karabila pun menyebutnya teman. Kedua berbicara mengenai membangun hubungan baik antaragama.

"Saya tidak mengerti, Doa kami untuk keluarga dan komunitas Katolik," ujar Karabila.

sumber : Independent
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement