Sabtu 30 Jul 2016 08:48 WIB

Keamanan Pangan Cina Terancam Banjir

Banjir di Cina
Banjir di Cina

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Banjir besar di banyak wilayah Cina telah memicu keprihatinan baru mengenai keamanan pangan di negeri tersebut.

Sejak musim hujan dimulai pada awal Juni, jutaan hewan peliharaan hanyut dibawa air. Di Provinsi Anhui, salah satu daerah yang paling parah dilanda banjir, 80 ribu babi dan lebih dari 12 juta ayam dan bebek hanyut dibawa air.

Di Provinsi Hubei, lebih dari 80 ribu babi dan lebih dari 3,6 juta ayam serta bebek mati. Di Provinsi Jiangxi, sebanyak 5,2 juta ayam dan bebek dilaporkan hilang. Banyak orang khawatir daging tidak tersedia di pasar di seluruh negeri tersebut.

Mandat keamanan pangan di Cina mengalami pukulan ketika skandal makanan yang melibatkan pejabat tinggi mengguncang kepercayaan konsumen, terutama pada 2008 ketika susu bayi yang tercemar melamin mengakibatkan enam bayi meninggal dan membuat 300 ribu bayi sakit.

Dalam beberapa tahun belakangan, kemarahan masyarakat meningkat sehubungan dengan laporan daging babi secara tidak sah telah memasuki meja makan warga. Pedagang gelap dilaporkan mengangkat hewan yang mati dari sungai atau danau sebelum memproses dan menjual dagingnya.

Biro Keamanan Masyarakat Provinsi mengatakan tahun lalu, polisi di Provinsi Guandong, Cina Selatan, menangani kasus yang melibatkan tersangka setiap hari menjual lebih dari 3.500 kilogram daging babi yang tercemar.

"Banjir terjadi di mana-mana, dan saya khawatir saya mungkin secara tidak sengaja makan daging dari ayam atau babi yang mati tenggelam," kata Mao Xiaoli, seorang warga di Kabupaten Xinjian, Jiangxi.

Sebagian wilayah dilaporkan telah menangani hewan yang mati. Di Kabupaten Xiushui, Jiangxi, petani mengubur babi yang mati akibat banjir baru-baru ini. "Sebagaimana diperlukan, babi dikubur dengan kedalaman sedikitnya dua meter. Kami menggunakan tiga ekskavator besar untuk menggali lubang," kata Kepala Dinas Peternakan setempat Zheng Guangcai.

Yang lain kelihatannya lebih sederhana dalam menangani hewan yang mati. Di Kota Anqing, Anhui, Kepala Koperasi Pertanian setempat mengatakan sebanyak 2.000 bebek yang mati tenggelam cuma dibuang. "Terlalu banyak dan tak mungkin menangani semuanya secara layak," katanya.

Di Kota Xuangcheng, Anhui, banjir menewaskan atau menghanyutkan lebih dari lima juta ayam dan bebek. "Sebanyak 60 ribu bebek di desa kami hanyut dibawa air tahun ini, dan kami masih belum menemukan hewan tersebut," kata Hu Yiqun, Kepala Desa di Kabupaten Huaining, Xuancheng.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement