Ahad 31 Jul 2016 06:33 WIB

35 Petempur Kurdi dalam Serangan di Turki Tenggara

Militan Kurdi yang terus berupaya melawan militer Turki.
Foto: Rand.org
Militan Kurdi yang terus berupaya melawan militer Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Militer menewaskan 35 petempur Kurdi, yang berupaya menyerang pangkalan tentara di Provinsi Hakkari, Turki tenggara, pada Sabtu pagi, kata pejabat setempat.

Serangan itu terjadi hanya beberapa jam setelah pertempuran di distrik Cukuca di provinsi sama antara militer dengan kelompok Partai Buruh Kurdistan (PKK). Dalam kejadian awal itu, delapan tentara tewas.

PKK berupaya merebut pangkalan mliter dengan membagi diri menjadi tiga kelompok. Namun, keberadaan mereka diketahui melalui alat pengawasan udara. Militer kemudian langsung menggunakan kekuatan udara dan menewaskan 23 anggota PKK.

Empat orang tambahan tewas dalam pertempuran darat dan delapan sisanya berkalang tanah dalam pertempuan di distrik Cukurca.

Militer Turki sebagai kekuatan kedua terbesar NATO, kesulitan menangani pemberontakan Kurdi di wilayah tenggara negara tersebut. Kesulitan mereka bertambah akibat perombakan besar-besaran di kalangan tentara menyusul upaya kudeta pada 15-16 Juli.

Pada Kamis, Turki merombak susunan pejabat tentara. Sebanyak 99 kolonel mendapat promosi ke dalam jajaran jenderal dan admiral. Sementara di sisi lain, hampir 1.700 personil lainnya dipecat secara tidak hormat karena diduga terlibat dalam kudeta.

Sekitar 40 persen dari semua jenderal dan admiral juga menerima surat pemecatan sejak kudeta tersebut. Di wilayah tenggara Turki, pihak militer kini semakin sering melancarkan serangan udara dengan sasaran kelompok Kurdi.

Hanya dua setengah tahun sebelumnya, pemerintah Turki berhasil mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan PKK. Ribuan anggota PKK serta ratusan penduduk sipil dan militer tewas sejak saat itu. Beberapa kota yang didominasi oleh Kurdi juga menjadi kawasan kekerasan terburuk sejak 1990-an.

Lebih dari 40 ribu orang telah tewas sejak PKK mengangkat senjata melawan pemerintahan pada 1984 untuk memperjuangkan kemerdekaan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement