REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Unjuk rasa yang berlangsung di Merkel Square, Addis Ababa, Ethiopia, Sabtu (6/8), berujung ricuh. Para petugas keamanan menggunakan gas air mata untuk menghalau dan membubarkan massa.
Massa berdemo menuntut pembebasan rekan-rekan mereka yang ditangkap selama unjuk rasa pada bulan-bulan sebelumnya. Selama ini, demonstrasi kerap meletus di Ethiopia sebagai protes atas rencana ekspansi wilayah ibu kota.
Aksi menuntut pembebasan pengunjuk rasa juga dilaporkan berlangsung di Kota Ambo dan Woliso, Oromiya. Seorang mahasiswa di Ambo University mengatakan, ratusan orang berbaris ke pusat kota melambaikan bendera oposisi dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah.
"Semua tahanan harus dibebaskan, mereka memenjarakan semua orang yang menentang mereka. Kami memiliki hak tetapi semuanya terus dilanggar oleh pemerintah ini," kata seorang pengunjuk rasa di Ambo kepada Reuters.
Program yang ditentang tersebut merupakan bagian dari rencana pembangunan 25 tahun pemerintah Ethiopia guna menarik investasi untuk membantu industrialisasi ekonomi agraria. Aksi protes kecil mulai muncul pada 2014 hingga berujung protes berskala besar sejak November 2015.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Informasi Ethiopia mengatakan bahwa negara tidak akan menolerir aksi-aksi yang mengancam perdamaian. Pernyataan tersebut menambahkan bahwa pemerintah siap berdiri melaksanakan tanggung jawabnya dan akan menyetop kekuatan yang menentang upaya pembangunan negara.