Ahad 07 Aug 2016 12:09 WIB

500 Ekor Sapi Mati Kelaparan di India

Sapi
Foto: Republika/Prayogi
Sapi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sedikitnya 500 sapi mati di kandang yang dikelola pemerintah di Negara Bagian Rajasthan, India Barat. Sapi itu mati selama dua pekan belakangan karena tidak dirawat oleh para pejabat tempat penampungan sapi Hingonia di Jaipur, Ibu Kota Rajasthan.

"Lebih dari 500 sapi telah mati dalam dua pekan belakangan," kata saluran televisi berita lokal, NDTV,  mengutip keterangan relawan di tempat penampungan itu.

Menurut para pejabat, 266 pekerja yang terlibat sebagai tenaga kerja kontrak di tempat penampungan sapi melakukan mogok pada Juli untuk menuntut gaji mereka yang ditahan sejak Mei. Akibatnya semua sapi itu tidak dirawat.

Dokter Hewan Pemerintah Devendra Kumar Yadav mengatakan kepada media kebanyakan sapi tersebut mati karena kelaparan. "Mereka tidak diberi makan secara layak dan itu lah alasan di balik kematian sebagian besar sapi," kata Yadav, sebagaimana dikutip Xinhua.

Para pejabat belum menjelaskan jumlah sapi yang mati di tempat penampungan-sapi terbesar di negeri tersebut dan menuding hujan sebagai penyebab kematian sapi itu. "Semua sapi yang sakit di kota ini dibawa ke sini dan alasan lain ialah hujan lebat (muson)," kata Bhagwat Singh Dewal, pemimpin tempat penampungan tersebut.

Menurut Dewal, sebanyak 20 sapi mati di tempat penampungan itu setiap hari. Dewal juga mengakui gaji para pekerja tersebut masih ditahan. Tempat penampungan itu dikatakan memiliki anggaran tahunan sebesar tiga juta dolar AS. Rajasthan dikelola oleh Bharatiya Janata Party dan memiliki seorang menteri yang bertugas dalam urusan sapi di negara bagian tersebut.

Mayoritas pemeluk Agama Hindu menganggap sapi sebagai hewan suci, dan menyembelihnya dilarang di sebagian besar negara bagian India. Untuk mempertahankan sapi, kelompok yang bernaung di bawah organisasi sayap-kanan Hindu telah muncul di daerah pedesaan India untuk melindungi mereka serta menghentikan penjualan daging sapi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement