REPUBLIKA.CO.ID JUBA -- Pertengan Juni lalu menjadi waktu yang terlupakan bagi pekerja kemanusiaan asing di Sudan Selatan. Pekerja kemanusiaan wanita mengalami pelecehan seksual oleh tentara setempat. Korban mendapati pilihan sulit, memilih hubungan suami istri atau diperkosa ramai-ramai.
"Apakah kamu ingin berhubungan dengan saya, atau setiap pria di sini memperkosa kamu dan menembak kepalamu," ujar seorang tentara seperti dituturkan korban.
Wanita tersebut tidak memiliki pilihan. Seorang tentara menodongkan senjata AK-47 di kepalanya. Hingga malam timba, ia telah diperkosa oleh 15 tentara Sudan Selatan.
Seperti dikutip Al Arabiya, pada 11 Juni, pasukan Sudan Selatan berhasil memenangkan pertempuran di ibu kota Juba melawan opoisisi. Mereka kemudian menggeruduk sebuah penginapan yang di dalamya terdapat warga asing. Serangan ke pekerja kemanusiaan di Hotel Terrain itu merupakan terburuk sejak perang sipil berlangsung tiga tahun lalu.
Sejumlah saksi mengatakan, para tentara menembak jurnalis lokal dan memerkosa sejumlah wanita asing, termasuk warga AS. Mereka juga merampas, memukul dan mengeksekusi sejumlah orang lainnya. Ironisnya, pasukan PBB yang dimintai bantuan menolak merespons. Begitu juga kedutaan, termasuk Kedubes AS.
Baca juga, Puluhan Ribu Warga Sudan Selatan Terancam Hukuman Mati.
The Associated Press mewawancarai lewat telepon delapan korban yang selamat, baik wanita maupun pria. Termasuk di antaranya mereka yang menjadi korban pemerkosaan. Para saksi itu tak mau disebutkan identitasnya karena khawatir dengan keselamatan mereka.