REPUBLIKA.CO.ID, BISHKEK -- Serangan bom terjadi di Kedutaan Besar Cina di Ibu Kota Kyrgyztan, Bishkek, Selasa (30/8). Dalam peristiwa ini, pelaku tewas dan tiga orang terluka.
Pelaku dilaporkan mengendarai mobil yang beirisi bahan peledak. Ia menabrak gerbang kantor kedutaan dan sesaat setelahnya bom meledak.
Belum ada pihak yang mengklaim serangan bom itu. Kementerian Luar Negeri Cina mengutuk kejadian itu dan mengatakan pelaku terkait dengan paham radikal atau ekstrem.
"Cina sangat terkejut dengan tindakan kekerasan ekstrem ini. Kami menuntut Pemerintah Kyrgyz melakukan segala upaya keamanan yang diperlukan," ujar pernyataan dari juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying dilansir BBC, Selasa (30/8).
Cina juga meminta Kyrgyztan menjamin keamanan bagi seluruh personel di kantor perwakilan Cina di negara itu. Penyelidikan secara menyeluruh juga harus segera dilakukan untuk mengungkap kebenaran, siapa pelaku di balik insiden itu dan menjatuhkan hukuman.
Sebelumnya, pihak berwenang Kyrgyz pernah melakukan operasi anti-terorisme di Bishkek pada 2015. Dari penemuan yang ada, dilaporkan sekitar 500 warga Kyrgyz telah bergabung dengan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Bukan untuk pertama kalinya, Cina seperti menjadi target di Kyrgyzstan. Pada 2000 lalu, seorang pejabat dari Negeri Tirai bambu itu tewas ditembak dan disebut atas motif terkait konflik Uighur, Provinsi Xinjiang, Cina.