Jumat 02 Sep 2016 07:13 WIB

Pelajar Kembali ke Sekolah, Prancis Ketatkan Pengamanan

Pelajar di Prancis
Foto: asep sapa'at
Pelajar di Prancis

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Lebih dari 12 juta anak-anak Prancis kembali ke sekolah dengan pengamanan diperketat, Kamis (1/9), setelah liburan musim panas diwarnai serangan mematikan di negara salah satu sasaran utama ISIS.

Polisi bersenjata berpatroli di luar sekolah di seluruh negara itu, sementara anak-anak, orang tua dan guru bertemu di gerbang masuk.

Delapan bulan menjelang pemilihan umum, pemerintah mendapat tekanan untuk meyakinkan 65 juta penduduk, yang dihantui serangan truk di Nice pada Juli serta pembunuhan seorang pendeta.

Di sekolah dasar Bernard Pallisy di Joinville-le-Pont di timur Paris, langkah pengamanan ekstra termasuk larangan mengenakan mantel bagi orang tua yang memasuki gedung sekolah dan kehadiran polisi setempat pada jam masuk sekolah. "Perbedaannya adalah kami sayangnya tidak bisa lagi memasuki sekolah," kata Faiza Teaboui, yang anak lelakinya untuk pertama kali masuk sekolah.

"Tetapi, saya mengatakan pada diri sendiri ini sangat positif karena berarti tidak ada orang dewasa tak dikenal bisa masuk. Anda tidak akan pernah tahu, keamanan sangat penting bagi kota ini dan terutama bagi anak-anak. Adalah penting untuk merasa terjamin," katanya.

Wali Kota Joinville-le-Pont, Olivier Dosne mengatakan anggaran 100 ribu euro disediakan untuk meningkatkan pengamanan sekolah. Beberapa di antaranya untuk mendanai pemasangan kaca satu arah pada pintu masuk sekolah, untuk mencegah orang luar mengintip ke dalam. Selebihnya digunakan untuk pelatihan evakuasi dan pengamanan krisis bagi staf sekolah sesuai dengan panduan nasional.

"Mereka akan memiliki lebih banyak peralatan seperti peluit, walkie-talkie, interkom," kata Dosne.

Arahan lain bagi direktur sekolah adalah mereka mengatur pelatihan pertolongan pertama dan penyelamatan bagi siswa dan staf, serta pelatihan mengenai bagaimana merespons saat ada serangan, seperti bersembunyi dan tetap diam.

Rentetan serangan dalam beberapa bulan terakhir masih terjadi meski sudah diberlakukan situasi darurat setelah serangan pada November dimana militan menewaskan 130 orang di dalam dan dekat Paris.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement